
GENGGONG – Langit Genggong berpendar dalam cahaya, menyambut ribuan santri, alumni, dan masyarakat yang membanjiri Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kamis (13/2). Haflatul imtihan ke-93 bukan sekadar perayaan, melainkan momentum yang mempertemukan berbagai generasi santri dan alumni, memperkuat syiar Islam, serta meneguhkan peran pesantren dalam membangun karakter bangsa.
Ustadz Azkalakum Zakiyullah, S.Pd., ketua panitia haflatul imtihan, menegaskan bahwa setiap elemen dalam logo acara memiliki makna mendalam. “Di logo haflatul imtihan ini terdapat simbol rukun iman, rukun Islam, serta ikon menara pesantren sebagai lambang kebangkitan ilmu dan dakwah,” kata Ustadz Aka saat diwawancarai pada Jumat (14/2) dini hari.

Tema “Perayaan: Khidmah Santri untuk Negeri” mencerminkan komitmen pesantren dalam melahirkan generasi yang siap mengabdi, baik dalam aspek keagamaan maupun sosial. Haflatul imtihan bukan hanya seremoni tahunan, tetapi juga manifestasi kecintaan santri terhadap ilmu dan perjuangan membangun bangsa.
Lebarannya Kaum Santri: Ajang Silaturahim dan Nostalgia
Bagi santri dan alumni, haflatul imtihan adalah lebarannya kalangan santri. Acara ini menjadi momen sakral dalam menjalin silaturahim dengan shohibul bait, para masyayikh, keluarga besar pesantren genggong, serta sahabat seperjuangan.
“Haflatul imtihan bukan sekadar perayaan, tapi juga momentum bagi santri dan alumni dalam menjaga hubungan baik dengan guru, meski mereka sudah berada di luar,” ujar pria yang akrab disapa Ustadz Aka, pada Jumat (14/2) dini hari.

Di antara lautan manusia yang hadir, ada wajah-wajah penuh rindu. Alumni dari berbagai daerah datang, mengenang masa-masa indah mereka saat mondok. Mereka kini tersebar di berbagai bidang, mulai dari pendidik, pemimpin, hingga pengusaha sukses. Namun, satu hal yang mereka pegang teguh: rasa cinta terhadap pesantren yang telah membentuk karakter akhlakul karimah dan keilmuan mereka.
Momen istimewa dalam Haflatul Imtihan ke-93 tahun ini adalah terpilihnya salah satu shohibul bait, Gus dr. Muhammad Haris, M.Kes. sebagai bupati Probolinggo.
“Beliau adalah keluarga Genggong, sebentar lagi akan memimpin Kabupaten Probolinggo. Hal ini membuktikan bahwa kaum santri tidak hanya bisa menjadi ulama, tetapi juga pemimpin bangsa,” ujar Ustadz Aka.
Keberhasilan kalangan pesantren dalam menempati posisi strategis di pemerintahan menegaskan bahwa pesantren adalah kawah candradimuka bagi pemimpin berintegritas, yang siap mengabdi untuk negeri.
Haflatul Imtihan: Manifestasi Nyata Khidmah Santri untuk Negeri
Di tengah gegap gempita perayaan, Haflatul imtihan ke-93 kembali menegaskan bahwa pesantren bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga lembaga pendidikan yang menempa santri menjadi insan berkontribusi bagi agama dan negara.

“Santri dan alumni menjunjung tinggi nilai akhlak, menjaga hubungan baik dengan para masyayikh keluarga besar Genggong, serta mengabdikan diri untuk masyarakat,” pesan Ustadz Aka.
Bukan sekadar tradisi tahunan, Haflatul imtihan adalah bukti nyata khidmah santri dalam membangun peradaban. (Jhon/Kak)