Mentaati Perintah Allah Tanpa Mempertanyakan Manfaatnya - Pesantren Zainul Hasan

Mentaati Perintah Allah Tanpa Mempertanyakan Manfaatnya

Tidak ada komentar Share:
jamaah-sholat-idul-adha-bersalaman-dengan-shohibuat-bait-pesantren-zainul-hasan-genggong
jamaah-sholat-idul-adha-bersalaman-dengan-shohibuat-bait-pesantren-zainul-hasan-genggong

GENGGONG – Takbir menjadi salah satu seruan yang banyak dilafalkan umat Islam kala hari raya tiba. Termasuk, bagi santri Pesanten Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, kala Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriah, Senin (12/9/2016).

Dalam sholat id itu, diikuti seluruh santri Pesantren Zainul Hasan Genggong. Santri putra memadati masjid dua lantai dan halaman pondok yang bersebelahan dengan masjid. Sedangkan, santri putri di halaman dan aula pesantren dengan tabir pembatas jamaah putra dan putri.

Tak hanya santri, masyarakat sekitar pesantren, bahkan banyak alumni yang memilih sholat id di pesantren. Di tengah ribuan jamaah ini, hadir sejumlah pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong. Di antaranya, K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah; K.H. Moh. Hasan Saiful Islam; K.H. Moh. Hasan Abdil Bar; K.H. Moh. Hasan Zidni Ilma; K.H. Moh. Hasan Naufal; dan sejumlah ashabul bait lainnya.

Tepat pukul 06.45 WIB, sholat id dimulai dan diimami oleh Kiai Abdil Bar. Sedangkan, Non Hassan Ahsan Malik putra K.H. Moh. Hasan Saiful Islam bertindak sebagai khotib dengan bilal Ustadz Moraji.

Untuk mempermudah santri berslaman dengan para pengasuh pesantren dan menghindari saling berdesakan, selepas shalat id semua ashabul bait dihaturkan untuk menempati tempat yang telah disediakan di teras masjid. Sebagian pengasuh ada yang duduk di kursi dan ada yang berdiri saat melayani santri bersalaman.

jamaah-sholat-idul-adha-berebutan-salaman-dengan-shohibul-bait
jamaah-sholat-idul-adha-berebutan-salaman-dengan-shohibul-bait

K.H. Moh. Hasan Naufal mengatakan, momentum Idul Adha merupakan momentum sebuah pengorbanan yang harus dihargai dan dirayakan dengan benar. Bukan dengan cara kemaksiatan. Menteladani ketulusan seorang ayah yang rela mengorbankan dengan menyembelih putranya atas perintah Allah.

“Makna pengorbanan Nabiyullah Ibrahim a.s sebagai seorang hamba yang suci dan tulus,” ujarnya, ketika ditemui di depan kantor Pusat Informasi Pesantren (PIP) Zainul Hasan Genggong sambil melayani santri bersalaman.

Beliau mengatakan, seorang hamba sejatinya di hadapan Allah sama. Baik Nabi, Rasul, ulama, atau masyarakat biasa. Sebagai hamba, tidak boleh memandang kasta dan jabatan. Ketika mendapat perintah dari Allah, dilarang mempersoalkan perintah itu. “Jangan sekali-kali pempertanyakan manfaat atau faidah dari perintah tersebut,” ujarnya.

Sedangkan, K.H. Moh. Hasan Saiful Islam menilai, Idul Adha merupakan ibadah yang intinya mendekatkan diri kepada Allah. Beliau berpesan kepada alumni yang mampu berkurban, agar melaksanakannya. “Bagi alumni yang mampu, silahkan berkurban. Bagi santri, silahkan perbanyak istigfar dan bershalawat,” ujarnya. (mfd/shl)

5/5 - (2 votes)
Previous Article

Meneladani Pengorbanan Nabiyullah Ibrahim AS.

Next Article

Padukan Takbir dengan Musik Tradisional

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan