Padukan Takbir dengan Musik Tradisional - Pesantren Zainul Hasan

Padukan Takbir dengan Musik Tradisional

Tidak ada komentar Share:
peserta-lomba-gema-takbir
peserta-lomba-gema-takbir

GENGGONG – Lantunan takbir mengalun merdu dari Masjid Jami’ Al-Barokah, Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Minggu (11/9/2016) malam. Suara merdu takbir itu makin menyita perhatian para santri dan warga sekitar ketika diiringi dengan tabuhan alat musik tradisional.

Takbir itu dikumandangkan oleh sejumlah santri yang menjadi tim delegasi dari setiap pondok di bawah naungan Pesantren Zainul Hasan Genggong. Mereka beradu merdu suara, kreativitas, dan piawai merangkai nada demi menarik perhatian dewan juri dalam Lomba Gema Takbir Idul Adha 1437 Hijriah. Ada yang menggunakan kentongan dipadu rebana, bahkan ada yang sampai membawa gamelan.

suporter-lomba-gema-takbir
suporter-lomba-gema-takbir

Dari 23 tim, tidak ada yang nekat membawa peralatan musik modern. Sebab, hal ini memang dilarang oleh panitia. “Setiap tim hanya boleh menggunakan alat musik tradisional. Seperti, kentongan, rebana, pakai botol atau galon juga tidak apa-apa. Dilarang menggunakan peralatan modern, seperti keyboard, gitar, dan sejenisnya,” ujar Ketua Panitia, Mustofa Amin.

Setiap tim mendapatkan kesempatan tampil selama 10 menit di hadapan dewan juri. Selama itu pula, tim berjumlah 15 orang ini harus menyajikan penampilan terbaiknya untuk menarik perhatian dewan juri yang akan menilai mereka dari segi, kesopanan, kerapian, kekompakan, dan kefasihan.

Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB, ini juga dihadiri sejumlah pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong. Di antaranya, ada K.H. Moh. Hasan Naufal, Non Hassan Ahsan Malik, dan Non Ahsan Qomaruzzaman. Serta, Wakil Kepala Biro Kepesantrenan Ustadz Abdul Wafi Haris.

pembukaan-lomba-gema-takbir-oleh-kh-hasan-naufal
pembukaan-lomba-gema-takbir-oleh-kh-hasan-naufal

K.H. Moh. Hasan Naufal dalam sambutanya mengatakan, Idul Adha hendaknya jangan diartikan sebagai hari untuk berpesta pora atau berlebih-lebihan yang keluar dari jalur adab dan akhlaqul karimah. Tapi, Idul Adha harus lebih ditekankan untuk menghargai pengorbanan seorang ayah, Nabi Ibrahim yang mendapat perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail.

Dengan keteguhan hati, kesabaran, dan kepasrahan kepada Allah, di saat Nabi Ibrahim menyembelih putranya kala itu, Allah menggantikan tubuh Nabi Ismail dengan seekor kambing besar yang berasal dari surga. Semestinya, ini menjadi makna dari hati masing-masing kalian  dalam melaksanakan Idul Kurban,” ujarnya. (san)

4.3/5 - (3 votes)
Previous Article

Mentaati Perintah Allah Tanpa Mempertanyakan Manfaatnya

Next Article

Kiai Penuh Karomah, Tak Pernah Tinggalkan Salat Berjamaah

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan