Genggong – Haul akbar alm. KH. Sholeh Nahrowi ke-16 dan para masyayikh Pesantren Zainul Hasan Genggong, di pondok baitus sholihin, Genggong Timur, desa Tamenggungan, kecamatan Krejengan, kabupaten Probolinggo. Kamis, (06/10/2016). pukul 08:00 WIB. Acara haul kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pentas yang pada tahun-tahun sebelumnya pmenghadap ke timur. Pada tahun ini posisi pentas berada di sebelah utara, menghadap ke selatan.
Sebelum acara dimulai, para santri yang didampingi pengurus dan asatidz menyediakan konsumsi untuk jamaah. Ribuan nasi talam yang disediakan ini disebar dalam 45 titik, dari paling dekat dengan pentas sampai titik paling selatan. “Ada sekitar 3500 talam atau baki yang di sediakan akan di sebar di 45 pos,” jelas ust. Rosuli Zaid, M. Pd.I, panitia bagian peneriama tamu.
Para santri ini tidak hanya membantu penyediaan konsumsi, tapi juga pada malam harinya menggelar gerakan santri mengaji. Total baik santri putra-putri pusat maupun cabang Pesantren Zainul Hasan telah menghatamkan al-qur’an sebanyak 224, al-ikhlas 2.227.596 dan 92. 410 shalawat. “Ribuan bacaan ini sebagai hadiah santri untuk shahibul haul,” jelas Uts. Rosuli Zaid, M.Pd.I
Tampak hadir di tengah-tengah ribuan jamaah, para ashabul bait pesantren Genggong, para habaib, pejabat pemerintah. KH. Moh. Hasan Saiful Islam saat menceritakan manaqib shahibul haul mengatakan bahwa alm. KH. Sholeh Nahrowi semasa kecilnya disapa Non Kalim. Nama lengkapnya Abdul Kalim, nama ini diberikan oleh KH. Moh. Hasan.
Namun saat beliau menunaikan ibadah haji, beliau mengganti namanya dengan Sholeh Nahrowi. Menurut pengakuan kiai Saiful Islam, nama ini diberikan oleh Nabi Musa a.s. melalui mimpi, “Nabiyullah Musa yang memberi nama kiai Sholeh Nahrowi melalui rukyah,” akunya.
Non Bing, -sapaah sehari-hari KH. Moh. Hasan Saiful Islam- mengatakan banyak saksi yang mengetahui kewalian dan karomah alm. Non Kalim. Kemampuannya memahami bahasa China merupakan bukti beliau memiliki ilmu ladunni, “Pada tahun 60-an, alm. Non Kalim punya ladunni, mampu memahami bhs. China,” jelasnya.
Menurut Non Bing, pernah suatu ketika alm. Non Kalim sowan ke kediaman Habib Abdullah bin Abdul Qodir Balfaqih, Malang, yang terkenal muhaddits. Kala itu habib duduk di atas kursi sementara alm. Non Kalim duduk di bawah bersama rombongan. Habib Abdullah mengatakan pada para tamu bahwa Non kalim adalah seorang wali. “Orang ini (sembari menunjuk pada non Kalim) adalah wali, lalu Non kalim juga mengatakan habib seorang wali,” kenang Non Bing.
Sementara itu, Habib Hasyim bin Abdullah Assegaf berharap masyarakat rajin menghadiri majlis-majlis pengajian dan mampu mengamalkannya dalam keseharian. Beliau juga berpesan agar jamaah tidak terpengaruh oleh orang-orang yang berusaha menghalang-halangi jamaah untuk menghadiri pengajian. “Jika ada seorang yang menghalangi kita menghadiri pengajian, maka hakikatnya dia adalah setan,” tegas habib asal Banyuangi ini.
Habib Hasyim mewanti-wanti agar para jamaah di setiap menghadiri pengajian niatnya hanya karena Allah SWT, dan mengharap berkah dari yang dihauli. Beliau menilai majlis ulama adalah salah satu tempat turunnya rahmat Allah SWT. “Niat menghadiri haul lillahi ta’ala dan mengaharap barokah shahibul haul,” harapnya.
Sementara Drs. H. Hasan Aminuddin yang hadir menjelang pembacaan tahlil, dalam sambutannya berharap para jamaah mampu meneladani keistiqamahan KH. Sholeh Nahrowi yang selalu bersilaturrahmi dan memiliki daya ingatan yang kuat. “Saya berharap para jamaah mampu mengamalkan apa yang telah diamalkan beliau,” jelasnya. (Mfd)