Bulan suci Ramadlan adalah bulan dimana al-qur’an diturunkan. Tak ayal di bulan ini tradisi baca al-qur’an bak jamur di musim hujan, tak terkecuali di Pesantren Zainul Hasan. Setiap tanggal 10 Ramadlan tiba, Pesantren ini punya hajat akbar tahunan yakni Lailatul Qiro’ah, malam di mana para qori’-qori’ah handal unjuk kemerduan suaranya dalam melantunkan bacaan al-qur’an.
Acara ini dimaksudkan untuk memeriahkan haul al-marhumah al-arifah billah Nyai. Hj. Himami Hafsawaty yang ke-26. Pada pukul 15. 30 WIB pesantren ini menggelar tahlil bersama di halaman pesantren. Selasa, (14 Juni 2016). Meski hujan sempat mengguyur, namun tidak menyurutkan antusias masyarakat menghadiri acara haul.
Setelah shalat jamaah tarawih usai, acara dilanjut pembacaan shalawat mukhtar oleh jam’iyatul qurra’ wal huffadz, Jawa Timur sebagai acara pembuka Lailatul Qiro’ah. Acara ini dihadiri oleh undangan istimewa, qori’ internasional, asal ibu kota Jakarta, K.H. Muammar ZA dan K.H. Husien Rifa’i, dari Sidoarjo.
Non. dr. Moh. Harris Damanhuri Romly, M. Kes, dalam sambutannya, menjelaskan bahwa tujuan acara lailatul qiro’ah adalah; untuk memeriahkan haul mendiang Nyai Hafsawaty. Kedua; forum silaturrahmi para pecinta al-qur’an. Ketiga; memperingati turunnya al-qur’an yang jatuh pada bulan Ramadlan. “Intinya, untuk menumbuhkan rasa cinta al-qur’an baik bacaan maupun pemahaman maknanya,” jelasnya.
Sementara sesepuh kabupaten Probolinggo, Drs. H. Hasan Aminuddin, M. Si, anggota DPR RI fraksi Nasdem, dalam sambutannya mengatakan, bahwa bulan Ramadlan adalah momentum introspeksi diri. Menurutnya, banyak orang yang lihai beretorika, tapi sulit mengamalkan ilmunya. “Sekali lagi, tak jarang seseorang mempolitisir hukum agama demi kepentingan pribadinya,” jelas mantan Bupati Probolinggo.
Acara ini dimanfaatkan oleh Pesantren Zainul Hasan untuk memberikan piagam penghargaan pada 17 santri yang telah lulus takhasus al-qur’an, dan juga launching lagu baru Hadrah Al-Hasanain Vol. 2 oleh K.H. Hasan Naufal.
Dalam kesempatan ini, disamping dua qori’ dan qori’ah Jawa Timur menunjukkan kemampuannya. Pada malam itu, juga dihangatkan oleh lantunan qori’ cilik terbaik kabupaten Probolinggo, M. Asghor Kandias, Santri SD Zainul Hasan. Aneka lagu dan suara merdunya yang disugukan cukup memukau para jamaah.
K.H. Muammar ZA melantunkan bacaan qur’an, selama sekitar satu jam setengah. Para jamaah sangat antusias menyimak, bahkan tak jarang dari hadirin yang memfokuskan kamera hp-nya untuk merekam lantunan suara merdu qori’ internasional ini. “Buat tutorial latihan santri di mushalla,” aku Ust. Faisol, salah satu alumni Genggong.
K.H. Husein Rifa’i dalam pidatonya banyak menjelaskan, arti ayat-ayat al-qur’an yang dibacanya. Beliau menilai setidaknya ada lima kewajiban umat islam terhadap al-qur’an. Antara lain; Meyakini sepenuh hati bahwa al-quran dari Allah. Membaca sesuai kaidah yang disyariatkan oleh Rasulullah. Memahami al-qur’an harus ada guru pembimbing. Mengamalkan sesuai tuntunan Rosulullah dan Mengajarkannya, minimal pada keluarga sendiri.
Beliau mengutip sebuah hadits yang artinya. Barang siapa yang ketika mendengar ayat al-qur’an hingga meneteskan air mata, maka ia akan selamat dari api neraka. “Al-qur’an adalah sebuah rahmat yang akan menyelamatkan pencintanya,” pungkasnya. (Mfd)