GENGGONG – Sudah menjadi tradisi di setiap pesantren, termasuk Pesantren Zainul Hasan Genggong kecamatan Pajarakan kabupaten Probolinggo. Di saat bulan suci ramadlan tiba, pesantren ini selalu mengadakan tahtimul kutub (hataman kitab kuning) yang di baca oleh beberapa pengasuh pesantren.
Dalam sepuluh hari kedepan, terhitung dari tanggal 6-15 Juni, semua santri baik dari pondok pusat maupun cabang diwajibkan mengikuti kegiatan dimaksud. Setidaknya, dalam sehari semalam ada lima kali kegiatan pengajian kitab salaf yang diadakan di masjid Al-Barokah Genggong.
Kitab yang dibaca ashabul bait antara lain; Kitab Dalailul Khoirot oleh Non. Ahsan Qomaruzzaman, pukul 10:00 WIB sampai Adzan Dluhur, Risalatul Hashnil Hashiin, oleh K.H. Moh. Hasan Naufal, pukul 13:00 WIB sampai Adzan Asar, Karomatus Shohabah oleh K.H. Hassan Ahsan Maliki, ba’da Ashar sampai menjelang buka puasa.
Setelah selesai shalat Magrib dilanjut pengajian kitab Hadits Ala Tartibi Ahrufil Hijaiyah karya kiai Moh. Hasan, yang dibaca oleh K.H. Moh. Hasan Saiful Islam sampai menjelang shalat Isya’. Sementara K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah membacakan kitab Minhajul ‘Abidin setelah shalat tarawih sampai selesai.
Ratusan santri dengan antusias mengikuti pelaksaan pengajian kitab pada malam pertama di hari kedua bulan puasa. Semua santri mengikuti shalat tarawih berjamaah di masjid Genggong. Senin, (06/06/2016). Seusai tarawih, mereka duduk rapi di teras masjid lengkap dengan kitab yang dibawanya, sembari menunggu kehadiran kiai Mutawakkil untuk mengisi pengajian kitab.
Kegiatan ini diikuti oleh semua santri putra dan putri. Untuk santri putra berada di masjid sementara santri putri di aula pesantren. Antusiasme santri sangat tampak, tercermin saat mereka menyimak keterangan isi kitab yang dipaparkan para kiai yang di selingidengan joke-joke segar.
Menurut Ust. Syamsuddin, sub. pengajian kitab, bahwa tahun ini Pesantren lebih fokus kegiatan pengajian kitab karena setiap lembaga mulai dari tingkat Dasar samapai Perguruan Tinggi, sedang libur total. “Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang masih berbenturan dengan jam masuk sekolah,” jelasnya.
Ust. Syam menambahkan, kegiatan hataman kitab adalah tradisi yang diwarisi oleh sesepuh pesantren yang harus dilanjutkan. Selain itu, kegiatan ini juga menambah keilmuan dan mengharap barokah ulama salaf. “Semoga dengan diadakan hataman kitab ini, semua santri bisa menjadi lebih baik kedepanya dan diridhai Allah SWT,” harapnya (san,mfd)