GENGGONG – Menteri BUMN Republik Indonesia Erick Tohir lakukan kunjungan kerja ke Pesantren Zainul Hasan Genggong. Sabtu, 20/11/2021.
ErickThohir tiba di Pesantren Zainul Hasan Genggong disambut oleh jajaran pengasuh, diantaranya KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, KH. Moh. Hasan Zidni Ilma, KH. Moh. Hasan Naufal, Nyai Hj. Malikal Bulqis, Nun Moh. Haris Damanhuri, Nun Hassan Ahsan malik, Nun Ahsan Qomaruzzaman, Nun Irsyad Syamsuddin dan segenap pengasuh Pesantren lainnya.
KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah dalam sambutannya menjelaskan bahwa selama ini orang modern sering menyebut-nyebut istilah knowledge-based economy. Sederhananya, Knowledge-based economy adalah perekonomian yang secara langsung didasarkan atas produksi, distribusi serta penggunaan knowledge.
“Kepentingannya adalah agar kita bisa Ahli di bidang ekonomi pembangunan menyatakan bahwa untuk menghindari jebakan negara berpenghasilan menengah, kita harus meninggalkan ekonomi berbasis komoditi (sumber daya alam) dan mulai merambah ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) agar bisa menghasilkan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi,” jelasnya.
Selain itu, Pengasuh sekaligus Ketua umum MUI Jawa Timur ini, meminta bahwa saat ini waktunya meninggalkan ekonomi berbasis komoditi (sumber daya alam) dan mulai merambah ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) agar bisa menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi.
“Negara yang pembangunannya bertumpu pada peningkatan dan kehandalan sumber daya manusia, ternyata mempunyai perkembangan yang jauh lebih baik dibandingkan negara yang mengandalkan sumber daya alam” tandasnya.
Kiai Mutawakkil melanjutkan, bahwa negara yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah seperti Jepang, Korea Selatan dan Singapura, berhasil mengejar mimpi memenangkan persaingan global. Negara-negara tersebut menitik beratkan perkembangan ekonomi ke knowledge-based economy.
“Nah terlepas dari pemikiran orang modern di atas, saya ingin menambahkan perlunya kita juga menyempurnakan konsep dan praktik knowledge-based economy dengan culture-based economy. Menurut saya, melalui konsep culture-based economy, kita seyogyanya menjadikan kultur yang dimiliki atau dipraktikkan masyarakat sebagai modal penting bagi pengembangan ekonomi,
Di sinilah tripilar ekonomi keumatan menjadi sangat penting dibahas. Di sana ada masyarakat, santri dan pesantren”.
Kiai juga menjelaskan bahwa Indonesia tidak bisa dipisahkan dari entitas dan sekaligus komunitas yang bernama Islam. Pada titik inilah, santri dan pesantren menjadi pilar penting bagi Islam dan umat Islam di Indonesia.
“Karena itu, membangun ekonomi Indonesia dengan tidak menyebut santri dan pesantren akan kehilangan ruh sosial. Justru, pemerintah sebaiknya dan memang seharusnya menjadikan santri dan pesantren sebagai titik berangkat atau miqot bagi pengembangan ekonomi masyarakat,” pintanya.
Sementara itu, Erick Tohir menyampaikan, Pendidikan menjadi kunci utama untuk maju, akhlak juga adalah hal penting menjadi basis dari kemajuan.
“karena kalau kita hanya punya kepintaran tapi tidak punya hati yang bersih, maka ujungnya tetap dzolim, mencari kekuasaan yang absolut dan kekuasaan yang absolut itu akhirnya dzolim,” kata Menteri BUMN RI, ini.
Ia juga menyampaikan bahwa pesantren merupakan mercusuar peradaban penting dalam hal pembangunan perekonomian keummatan, karena hal itu sudah menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. “Oleh Karena itu sudah sepatutnya, pemerintah untuk melakukan kolaborasi dengan seluruh pesantren dalam pembangunan ekonomi ini,” katanya.
Selain itu, pendiri Mahaka Grup ini menyebutkan bahwa santri mempunyai peran penting dalam peningkatan perekonomian, karena memiliki akhlak yang mengental dalam jiwa raganya.
Sebab, menurutnya, akhlak memiliki posisi yang signifikan dalam pembangunan perekonomian negeri. Dengan akhlak, kata dia, dapat membuahkan sebuah kejujuran dalam bekerja.
“Begitu sebaliknya, tanpa akhlak, semua akan bisa berujung pada kedholiman. Sehingga dalam hal ini, peran santri yang telah menjadikan akhlak sebagai darah-dagingnya, sangat dibutuhkan dalam pembangunan perekonomian keummatan,” kata pria yang pernah memiliki saham klub sepak bola Inter Milan. (dra)