GENGGONG– KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H., M.M. dihadapan ratusan peserta Ngaji Tani Akbar pada Sabtu (25/01/2020) di GOR Damanhuri Romly berbicara tentang stabilitas negara Indonesia.
Dalam sambutannya, beliau mengutip artikel Hadratus Syaikh almarhum, KH. Hasyim Asy’ari yang pernah dimuat pada Majalah Soeara Moeslimin, 14 Januari 1944 yang berjudul, Keutamaan Bercocok Tanam dan Bertani.
Bagi Kiai Mutawakkil, gagasan cerdas Kiai Hasyim Asy’ari yang relevan menembus zaman dan generasi ini, patut dijadikan referensi untuk kemajuan negeri.
Setidaknya, ada 6 hal yang dapat menjadikan negara tertib mapan tatanannya. Diantaranya; Agama yang ditaati, Pemerintah yang berpengaruh, Keadilan yang merata, Ketentraman yang meluas, Kesuburan tanah yang kekal, dan Cita-cita yang luhur.
Dari 6 uraian pendiri NU ini, Kiai Mutawakkil menyimpulkan bahwa agama saja tidak menjamin tegaknya suatu bangsa. “Ada komponen lain yang perlu dilakukan, salah satunya, Ngaji Tani,” jelasnya.
Menurut pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong ini, sudah waktunya pemerintah mengembangkan ekonomi keumatan berbasis pesantren. “Jadikan pesantren mitra strategis pemerintah,” akunya.
Putra almarhum KH. Hasan Saifouridzall ini meyakini pesantren bersama masyarakat pinggiran dapat membangun negeri dari sektor pertanian. “Pesantren bergerak seiring dengan nafas masyarakat,” jelasnya.
Ada dua konsep yang ditawarkan Kiai Mutawakkil terkait perekonomian masyarakat desa. Pertama, Ekonomi Hijau; berbasis pembangunan desa dengan menguatkan sektor pertanian.
Kedua, Ekonomi Biru; pembangunan ekonomi sektor kemaritiman dengan meningkatkan sektor kelautan dan perikanan. “Bekali santri dengan keilmuan (bertani dan kelautan, red) sebagai bekal mendampingi masyarakat dalam wira desa,” pungkasnya. (fid)