GENGGONG– Pondok Baitus Sholihin Genggong timur, desa Temenggungan, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo menjadi salah satu pesantren yang akan memiliki sarana kesehatan berbasis pesantren atau sering dikenal Pos kesehatan pesantren (Poskestren).
Program pemerintah yang satu ini ditujukan pada pesantren yang memiliki kesiapan, kemampuan, serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan secara mandiri sesuai dengan kemampuannya (Depkes RI, 2007).
Poskestren ini merupakan salah satu wujud upaya kesehatan berbasis masyarakat dilingkungan pesantren dengan prinsip dar, oleh dan untuk warga pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan puskesmas setempat.
Seperti yang tampak pada Senin, (26/03/2018) pagi, setidaknya ada 4 pegawai dari puskesmas kecamatan Krejengan dan puskesdes desa Temenggungan mengadakan sosialisasi seputar program poskestren pada sejumlah pengurus pesantren dan santri di ruang kelas Madrasah Diniyah pondok setempat.
Kepala Puskesmas krejengan, dr. H. Achmad Hanafi, M.Si, menegaskan Poskestren sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan warga secara nasional termasuk warga pesantren. “Terwujudnya pesantren yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan,” jelasnya.
Pihaknya mengaku akan terus mengawal program poskesdes dengan memberikan sosialisasi pengenalan dan pemahaman tentang pengelolaan poskestren ini. “Setidaknya akan ada pegawai dari puskesmas atau desa mungkin tiap bulannya. Kami optimis ini akan berjalan karena ada dukungan dari pihak pengasuh pesantren dan madrasah,” ungkapnya.
Pada kesempatan ini, pihak pegawai puskesmas tidak hanya memberikan sosialisasi. Tapi juga membentuk kelompok kerja (pokja) dari 5 program pokja yang dicanangkan. Diantaranya; pokja gizi, pokja PHBS, pokja sanitasi, pokja pencegahan penyakit dan penanganan UGD. “Kita langsung bentuk pengurus Poskesdes dari unsur pengurus pesantren dan santri,” ungkap Ibu Yayuk, pegawai puskesdes temenggungan.
Sementara itu, Nun Ahsan Qomaruszaman, kepala madrasah Baitus Sholihin berharap program ini bisa memberikan manfaat yang maksimal pada santri terutama dalam hal penanganan santri yang kesehatannya terganggu. “Setidaknya dengan adanya program ini, santri bisa mandiri, bila sakit diobati sendiri.” akunya. (mfd)