
GENGGONG – Santri SMA Unggulan (SMAU) Haf-Sa Zainul Hasan BPPT Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, terus berinovasi. Kali ini mereka menciptakan Zibetics. Yakni, inovasi plastik biodegradable dari limbah biji durian (durio zibethinus).
Plastik berbahan limban biji durian ini diyakini mudah terurai dibandingkan plastik pada umumnya yang membutuhkan ratusan tahun. Selasa (15/10), karya santri ini dipresentasikan di hadapan dewan penguji dari PENS, PPNS, dan Universitas Brawijaya Malang.
Tidak hanya Zibetics, ada sejumlah karya lain yang juga dipresentasikan. Di antaranya, E-Writing Educations System, media aplikatif solusi meningkatkan kualitas literasi dan menulis siswa di sekolah. Serta, kue lapis Genggong berbahan suweg, tanaman umbi-umbian yang banyak tumbuh liar di dataran tinggi.
Produk santri ini beberapa hari sebelumnya juga diikutkan dalam Jatim Fair sebagai bagian dari Program OPOP (One Pesantren One Product). Sebagian Lainnya, juga terpilih mewakili SMA se-jawa Timur mengisi stand milik Dinas Pendidikan Provinsi Jawa timur pada acara Hari Ulang Tahun ke-74 Jawa Timur di Grand City Surabaya. Bahkan, stand milik Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terpilih sebagai stand favorit Convention Hall.
Kepala SMAU Ustadz M. Inzah, M.Pd.I. menjelaskan karya santri ini merupakan bukti nyata keseriusan sekolah membina santri untuk menumbuhkan bakatnya. Karya baru ini sebagain kecil dari karya-karya sebelumnya yang sudah banyak juara di berbagai ajang.
Bahkan, mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. “Mohon doa dan dukungannya, anak didik kami akan mengikitu lomba tingkat internasional di Singapura dan Thailand. Semoga bisa juara lagi,” ujarnya.
Kepala Bidang Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Jawa Timur, Ety Prawesti, M.Si, mengapresiasi SMAU yang telah sukses membina anak didiknya. Bahkan, telah mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Ia mengatakan, SMAU salah satu sekolah yang telah melaksanakan program Gubernur dan Dinas Pendidikan Jawa Timur.
Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, mengatakan pesantren tidak hanya sebagai lembaga pendidikan. Namun, juga merupakan benteng pertahanan dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
“Setiap santri di pesantren tidak hanya dibekali wawasan ilmu umum. Tapi, juga diinstall keimanan dan akhlak. Jadi, ilmu mereka dikondisikan oleh iman dan akhlaknya, bukan sebaliknya,” ujarnya dalam sambutannya. (fid/drus)