GENGGONG – “Pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU), merupakan benteng utama NKRI, terutama menghadapi yang namanya radikalisme. Karena selama ini, pesantren termasuk pendahulu-pendahulunya adalah pendiri bangsa ini,” kata K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah saat memberi sambutan di acara peresmian dan tasyakkuran Pondok Mahasiswi STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong. Kamis (25/7/2019).
Di hadapan Dirjen PUPR Dr. Ir. Khalawi Abdul Hamid, MSC, MM, Kiai Mutawakkil menuturkan, bagi pesantren ‘Hubbul Wathon’, nasionalisme itu ibadah. Yaitu menjaga ideologi agama maupun bangsa, menjaga budaya, termasuk mensejahterakan ekonomi masyarakat. Adapun ancamanya itu intoleransi.
“Dan itu sudah terbukti, berdasarkan survei dari UIN dan LIPI, bahwa gerakan yang mengarah ke intoleransi ini kuat, deras dan besar sekali. Contohnya, sekarang ini banyak instansi-instansi pemerintah yang terpapar radikalisme,” jelas cucu Almarhum K.H. Moh.Hasan ini .
Lanjut, Kiai Mutawakkil menuturkan banyak juga lembaga-lembaga negara yang terpapar. Realitasnya yang ditemukan di lapangan, tidak sedikit tenaga pendidik dan peserta didiknya yang menjadi korban. “ gerakan itu akan sangat berbahaya, karena berakibat terjadinya inharmoni, disharmoni yang pada akhirnya juga disintegrasi bangsa,” ujarnya. .
Mantan Ketua PWNU Jawa Timur periode 2008-2018 tersebut berpendapat bahwa pemerintah harus membantu dengan keputusan politik anggaran yang memback-up atau melengkapi kebutuhan-kebutuhan, termasuk infrastruktur di pondok pesantren di seluruh Indonesia.
“Untuk mencegah hal itu terjadi, pihak pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya, baik di pusat maupun di daerah. Harus berpihak ke komunitas masyarakat, komponen bangsa, benar-benar mampu menangkal ancaman bangsa dan Negara ini, termasuk radikalisme,” pungkasnya. (dra)