Dahlan Berbagi Kisah dengan Santri Pesantren Zainul Hasan Genggong

Tidak ada komentar Share:

211MENTRI BUMN Dahlan Iskan mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Senin (6/5). Di depan ribuan santri ponpes setempat, Dahlan berbagi kisah saat diminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi direktur utama (dirut) PLN.

Dalam pertemuan sekira pukul 19.30 WIB itu, di hadapan para santri, Dahlan mengatakan, lulusan sekolah agama alias madrasah tak hanya mumpuni di bidang ilmu keagamaan. Tapi, juga dilengkapi dengan ilmu-ilmu lain yang tak bisa diperoleh dari lembaga pendidikan umum. Seperti, matik atau logika murni dan sidat tawaduk yang juga sulit diperoleh di sekolah umum. Katanya, dengantawaduk kita bisa berpikir lebih jernih.

Nah, soal kesanggupannya menjadi dirut PLN, Dahlan yang disambut Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong KH. Moch. Hasan Mutawakkil Alalllah, S.H., M.M., dan para shohibul bait lainya itu, mengaku menyetujuinya dengan empat syarat. Di antaranya, tidak usah dibayar dan minta masa jabatannya tak sampai lima tahun. Ternyata, keinginan Dahlan untuk menjadi dirut tak sampai lima tahun tercapai. Sebab, setelah sekira dua tahun, Dahlan diminta SBY menjadi mentri BUMN.

Dahlan mengaku, latar belakang pendidikannya sama sekali tidak nyambung dengan dua jabatan yang ditawarkan SBY. Yakni, dunia kelistrikan dan BUMN. Sebab, sedari kecil Dahlan mengenyam pendidikan di bangku madrasah. Yakni, madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA), di Ponpes Sabilil Muttaqin,Magetan,Jawa Timur.“Waktu di madrasah dulu saya tidak diajari tentang travo, turbin, dan sebagainya yang berhubungan dengan listrik,” ujarnya disambut tawa santri dan undangan.

Meski begitu, rupanya SBY tetap mempercayakan jabatan dirut PLN padanya. Kata Dahlan, memimpin PLN kearah yg lebih baik ternyata tak cukup bermodal kemampuan teknis kelistrikan. Ada kemampuan lain yang justru lebih menentukan. Yaitu, leadership, manajemen, dan dapat memberikan contoh kemempinan yang baik.

Setelah banyak memberi pelajaran bagi para santri, Dahlan minta izin untuk menginap di Ponpes Zainul Hasan Genggong. Bahkan, malam itu Dahlan juga menyempatkan diri berziarah ke makam Al marhum al Arief billah KH Muhammad Hasan, yang masih satu kompleks di Ponpes Zainul Hasan Genggong.

Di makam pengasuh kedua Ponpes Zainul Hasn Genggong itu, Dahlan terlihat khusyuk memanjatkan doa dan zikir. “Pesantren sekarang kayak hotel. Di hotel bintang tiga saja tidak ada fasilitas ini,” kata Dahlan seraya menunjuk masjid dan pondok (asrama) santri.

Dahlan yang ditemani beberapa stafnya, mengaku lebih senang menginap di ponpes dibandingkan di hotel berbintang. Sebab, di pesantren, ia bisa mengenang bagaimana ketika masih nyantri dulu. “Saya sejak kecil sudah berada di pesantren, jadi sudah terbiasa dengan suasana pesantren,” ujar Dahlan.

Pria yang mengaku ingin menjadi guru bagi jurnalis muda ini mengatakan, sejak tujuh tahun terakhir dirinya sudah mengunjungi dan menginap di lebih dua puluh pesantren di Indonesia. “Saya bangga dan senang bisa berkunjung ke Pesantren Zainul Hasan Genggong. Karena saya berkesempatanberziarah ke makamulama, seperti KH Muhammad Hasan.Disana nama Kiai Sepuh (KH Muhammad Hasan, Red) sangat terkenal,” ujarnya.

“Dulu , waktu itu saya sebagai wartawan muda pernah berkunjung ke pesantren ini, ketiga pesantren ini kedatangn tamu kenegaraan, Presiden Soeharto,” lanjut Dahlan(el-Q)

1/5 - (1 vote)
Previous Article

Kementerian Agama Terapkan Konsep Islamic Boarding School

Next Article

Pukul Bantal Ramaikan Lomba Jelang Imtihan

Artikel Lainnya