Genggong- KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, S.H, M.M Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo terpilih menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur pada Musyawarah Daerah (Musda) selama dua hari (22-23/12/2020) di Surabaya.
Pada tahapan terakhir Musda X Tahun 2020 yang digelar di Surabaya tersebut, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah dipercaya rapat formatur untuk menjadi ketua umum
Dalam sambutanya, Dewan Pertimbangan MUI Jatim 2015-2020 itu menyampaikan bahwa dirinya bukan yang terbaik dari tokoh agama atau ulama yang ada di Jawa Timur
Mendapat amanah ini, Kiai Mutawakkil (sapaan akrabnya) menyampaikan bahwa dirinya bukan yang terbaik dari tokoh agama atau ulama yang ada di Jawa Timur.
“Saya (atas kepercayaan ini) harus jujur untuk mengatakan innalillahi wa innailaihi rajiun,” kata putra Almarhum KH. Hasan Saifouridzall, Rabu (23/12/2020).
Menjawab amanah yang diberikan, Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo tersebut akan menunaikan tanggung jawab hingga 5 tahun ke depan.
“Sesuai dengan namanya, Majelis Ulama Indonesia adalah wadah berkhidmatnya para ulama Indonesia dari berbagai macam latar belakang kepada agama melalui tiga komponen penting yaitu umat, bangsa, dan negara,” kata ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur Periode 2008-2018.
Di hadapan 13 anggota formatur, Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim ini menuturkan, setidaknya ada empat penguatan peran MUI yang akan dilakukan.
“(Pertama) adalah menjadi mitra pemerintah dalam mendukung pembangunan melalui instrumen keagamaan dan pemerintah,” ungkapnya.
Sedangkan penguatan kedua memediasi masyarakat melalui pelayanan keumatan dan yang ketiga menjadi rujukan pemerintah dan masyarakat melalui sejumlah keputusan keagamaan.
“(keempat) Menjaga harmoni keagamaan di tengah kebhinekaan di masyarakat,” terangnya.
Untuk dapat melakukan keempat peran di atas, menurut alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini, maka MUI harus berdamai dengan dirinya sendiri. Sehingga bisa menyelesaikan problem yang lebih besar baik untuk umat, bangsa, maupun negara.
“Agar dengan selesainya persoalan dengan diri sendiri, MUI Jatim bisa menyelesaikan persoalan umat baik secara umum maupun secara khusus,” terangnya.
Lebih lanjut dikemukakan MUI adalah medan sekaligus sarana dakwah. Karena itu berlaku kaidah lil wasa’ith hukmul maqashid.
Dengan demikian, agar sukses, maka dakwah harus merangkul, bukan memukul, apalagi mencangkul. Harus mendidik, bukan menghardik, apalagi membidik. Harus membina, bukan mencerca, apalagi menghina.
“Itulah akhlak ulama,” tegasnya.
Dengan demikian, Kiai Mutawakkil memastikan dalam kepemimpinan lima tahun mendatang akan lebih menonjolkan akhlak tersebut.
“Kita harus mengedepankan akhlak ulama dalam melaksanakan tugas-tugas MUI ini,” pungkasnya. (dra)