GENGGONG– Haul Almarhum al arif billah KH. Moh. Hasan Genggong yang ke-63 digelar pada Senin, (25/06/2018) pukul 08.30 WIB di halaman Pesantren Zainul Hasan Genggong, desa Karangbong, kecamatan Pajarakan, kabupaten Probolinggo, dihadiri ribuan jamaah.
Para jamaah ini terdiri dari dewan asatidz, santri, alumni, simpatisan dan masyarakat umum. Jamaah terus berdatangan, dalam waktu sekejab Pesantren Zainul Hasan bak lautan umat. Acara ini dihadiri tamu istimewa, Syekh Muhammad bin Ismail Zein dari Makkah almukarromah.
Acara dibuka dengan pembacaan shalawat Nabi yang diiringi hadrah Al-Hasanain asuhan KH. Moh. Hasan Naufal.
KH. Moh. Hasan Saiful Islam dalam sambutannya banyak bercerita karomah KH. Moh. Hasan di masa hidupnya. Beliau teringat salah satu cerita warga Kecamatan Maron, almarhum bpk. Sugiowo, yang dulu sempat mau di bawa ke Suriname oleh tentara Belanda untuk dijadikan pekerja paksa di sana. Namun aksinya ini gagal akibat ditolong oleh KH. Moh. Hasan Genggong.
Menurut Harianto, putra almarhum bpk Sugiowo pada kiai Saiful Islam mengatakan, bahwa bapaknya di bawa paksa tentara Belanda, sesampainya di Desa Klaseman para tawanan ini di jaga ketat. Dan tiba-tiba salah satu tentara melapor pada komandannya dengan menggunakan bahasa BelandaK. Komandan yang semula duduk ini meneropong ke langit. Tanpa diketahui tiba-tiba sekelompok Tentara belanda ini langsung lari menggunakan Mobil Truknya.
Penasaran dengan aksi serdadu ini, almarhum bpk. Sugiowo mengambil teropong yang ditinggal Belanda dan mencoba meneropongkan ke langit. Ternyata ada pancaran cahaya kecil yang terus turun ke muka bumi dan tampak semakin membesar. Sesampainya di muka bumi ternyata pancaran itu adalah sebuah delman lengkap dengan kudanya yang dikendarai KH. Moh. Hasan Genggong.
“Pulanglah, kok mau di bawa ke Suriname,” ungkap kiai Saiful Islam mengulang kata yang disampaikan Kiai Hasan Sepuh yang diceritakan putra almarhum bpk Sugiowo. (*)
