GENGGONG– Setiap tanggal 13 Rabiul Awal Pondok Baitus Sholihin Pesantren Zainul Hasan Genggong, Desa Tamenggungan, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo rutin menggelar Maulid Nabi Muhammad SAW. Seperti yang tampak pada Jum’at (01/12) pukul 19:00 WIB, halaman pondok asuhan KH. Moh. Hasan Ainul Yaqin ini dihadiri ratusan jamaah dari berbagai daerah.
Tak hanya jamaah yang hadir, santri pondok tersebut tampak khusyu’ mengikuti lantunan bacaan shalawat yang dipandu oleh KH. Moh. Hasan Maulana. Para santri ini sengaja belum dipulangkan ke rumah masing-masing seperti pondok-pondok yang lain, karena masih mengikuti acara maulid di pesantren ini. “Semua santri masih besok pagi pulangnya, disesuaikan dengan rutinan tiap tanggal 13 bulan Maulid,” ungkap Ustadz Muhammad, wakil kepala madrasah Wustho Baitus Sholihin.
Tampak hadir ditengah ratusan jamaah, KH. Moh. Hasan Maulana, Non Moh. Imron, putra KH. Moh. Hasan Ainul Yaqin, Non Habibi Fillah, Habib Abdurrahman Ba’ali, Habib Ali Zainal Abidin Assegaf, Habib Husein Al-Habsyi dan para kiai lainnya.
Non Diego dalam sambutannya mengatakan, acara maulid nabi Muhammad SAW ini rutin tiap tanggal 13 Rabiul Awal digelar oleh KH. Moh. Hasan Aninul Yaqin. “Dulu undangannya perorangan, sekarang sudah untuk umum, Kiai Ainul Yaqin memasrahkan acara maulid ini pada Al-Khair, beliau sekarang sedang umroh,” akunya.
Sementara itu, Habib Abrurahman dalam pidatonya menegaskan, orang yang kelak bersama Rasulullah adalah orang yang sering bershalawat pada Rasul. Beliau mengatakan, sudah banyak majelis-majelis shalawat yang bermunculan di Probolinggo ini. Semua majelis, menurutnya, mengajak bershalawat pada Nabi Muhammad guna mendekatkan diri padanya. “Memperbanyak shalawat ini sebagai andalan kita kelak di akhirat,” tegasnya.
Habib banyak bercerita tentang perjuangan Rasulullah dalam membela umat islam dari kekejaman kaum kafir. Menurutnya, pernah ketika beliau hijrah ke Ta’if, sebelum hijrah ke Madinah, beliau dilempari batu oleh penduduk setempat. Sahabat Zaid bin Haritsah rela dilempari batu untuk menyelamatkan nabi Muhammad. Namun demikian, tumit rasul masih kena lemparan batu dan berdarah. “Rasul tetap sabar, bahkan mendoakan mereka, meski malaikat penjaga bumi meminta ijin untuk menelan kaum kafir ini,” bebernya.
Pembelaan rasul pada umatnya tidak hanya ditampakkan di bumi, beliau kelak diakhirat, di hadapan Allah Ta’ala juga memperjuangkan umatnya. Menurut habib, tak seorang nabipun sanggup membela umatnya, kecuali nabi Muhammad yang akan memberikan syafaatnya kelak. Beliau pernah bertanya pada gurunya, kenapa umat manusia tidak langsung meminta syafaat pada rasul, tapi pada nabi-nabi lain terlebih dahulu. “Dengan cara inilah, Allah menunjukkan keagungan nabi Muhammad,” ungkap habib, menirukan keterangan gurunya.
Dari cerita inilah, kata habib, kenapa umat islam merayakan maulid nabi, bahkan sampai besar-besaran. Meski kadang banyak masyarakat yang menganggap acara seperti ini sia-sia dan menghambur-hamburkan uang. Tapi menurut habib jika dibandingkan dengan pembelaan rasul baik di dunia maupun di akhirat, perayaan maulid nabi ini tidak sebanding. “Coba pikir, pembelaan rasul pada umatnya, dibandingkan uang yang kita keluarkan untuk maulid, tidak ada apa-apanya,” jelas habib asal Kecamatan Besuk ini. (mfd)