Haul akbar KH. Damanhuri Romli bersama Syekh DR. Muhammad Fadil Jailani

Tidak ada komentar Share:
acara haul KH. Daman Huri Romli yang ke 17.
acara haul KH. Daman Huri Romli yang ke 17.
acara haul KH. Daman Huri Romli yang ke 17.
acara haul KH. Daman Huri Romli yang ke 17.

GENGGONG- Haul akbar K.H.M. Damanhuri Romli selalu mengundang antusiasme kaum muslim. Termasuk haul ke-17 yang digelar di halaman P5 Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Selasa (26/04/2016) malam.

Hujan yang sempat mengguyur deras, tak menyurutkan niat para jamaah menghadiri acara tersebut. Mereka tetap khusuk mengikuti haul hingga tuntas, Rabu (27/4) pukul 01.30 WIB. Di antara ribuan jamaah itu, tampak sejumlah pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong. Di antaranya, K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah; Nyai. Hj. Diana Susilowati, serta sejumlah ashabul bait lainnya.

Hadir juga, Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaifullah Yusuf dan K.H. Sya’roni Fadlan, Sidoarjo. Selain itu, ada undangan khusus dari Turki, Syekh. DR. Muhammad Fadhil Jailani Al-Hasani yang merupakan keturunan ke-25 Syekh Abdul Qodir Al-Jailani.

Haul yang dimulai pukul 20.00 WIB, itu diawali dengan pembacaan salawat Muhammad diilanjut maulid habsy dan tahlil untuk para shahibul haul. Putra K.H.M. Damanhuri Romli, Non dr. Mohammad Harris, M.Kes., dalam sambutannya mengatakan, haul kali ini tampak berbeda. Selain menghauli para masyayikh Genggong dan Jombang, juga menghauli Almarhum K.H. Hasan Asyari bin Mustofa, Singapura. “Beliau adalah salah satu tokoh ulama besar asal Bawean, yang diakui oleh pemerintah Singapura,” ujarnya.

Sedangkan Saifullah Yusuf dalam sambutannya mengatakan, haul merupakan media penyambung antara kiai dan santri dalam mengharapkan syafaat Nabi Muhammad SAW. Serta, menjadi wadah membangun ukhuwah. “Tradisi NU (Nahdlatul Ulama) itu tidak hanya ‘mengabsen’ warganya di dunia. Tapi, juga di alam kubur, bahkan di akhirat tetap satu rombongan untuk mengharap syafaat Nabi,” ujar pria yang akrab dipanggil Gus Ipul itu.

Usai Gus Ipul, Syekh DR. Muhammad Fadil Jailani yang didapuk menjadi penceramah pertama mengaku, merasa Indonesia menjadi negara kedua baginya. Ulama asal Istanbul, ini banyak bercerita tentang mendiang kakek buyutnya. Beliau mengaku, selama lebih 30 tahun keliling dunia mencari manuskrip karya-karya Syekh Abdul Qodir Al-Jailani yang hilang kurang lebih seribu tahun.

Syekh Fadil menjelaskan, tasawuf yang diajarkan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani bersumber dari Alquran dan Hadits. Beliau mengatakan, di zaman kakek buyutnya itu, banyak ulama bertikai masalah paham yang dianutnya dan Syekh Abdul Qodir mampu menyadarkan mereka dengan tasawuf. “Zaman sekarang banyak umat Islam saling mengkafirkan. Kita jangan menghina, bahkan mengkafirkan sesama umat Islam meski kepada mereka yang banyak dosa. Karena, Tuhan, nabi, dan kitab kita sama,” ujarnya.

Sementara itu, K.H. Sya’roni Fadlan dengan gaya kocaknya mengatakan, kematian tidak mengenal usia. Tua muda bukanlah ukuran, yang jelas ahli maksiat akan menderita, kecuali ahli salat jamaah. Sebab, Allah SWT akan memberikan lima keistimewaan baginya. “Ahli salat jamaah akan dipermudah sakaratul maut, maisyah-nya (kehidupanya. red), pertanyaan alam kubur, siratal mustakim, dan masuk surga, semuanya akan dipermudah,” jelasnya.(mfd/hsn)

2.7/5 - (3 votes)
Previous Article

TARUNG BEBAS, DIATAS LAWAN DI BAWAH KAWAN

Next Article

Peringati Hari Kartini, Ratusan Siswa TK dan SD Zaha Kompak Berbaju Adat

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan