Tegas namun penyayang, tentu dua sifat yang terkadang sulit dikumpulkan jadi satu. Namun tidak untuk Bunyai En, beliau mampu mengumpulkan keduanya serta menerapkannya pada santri-santrinya. Menyatunya dua sikap ini menjadikan para santriwati dianggap seperti anak sendiri; dididik, diperhatikan dan disayang.
Meski terkadang dengan jalan tegas, namun itulah wujud sayang, bagaikan seorang ibu yang tak mau anaknya di jalan yang salah. Meladeni santri sebanyak ribuan juga beliau jalani dengan sabar. Setiap tahun, 2 hari pra Haflatul Imtihan, beliau rutin mengunjungi setiap kamar santri dan tak lupa diajak foto, satu persatu santri beliau peluk seakan ibu terhadap anak.
Selanjutnya baca di Majalah Genggong edisi XI