Suatu ketika seorang santri sowan ke K.H. Hasyim Zaini ( Pengasuh Ponpes Nurul Jadid-Red) di Paiton, sebelum pulang Kiai Hasyim meminta kepada si santri untuk menyampaikan salam takdzim beliau kepada Kiai Hasan Saifouridzall (Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan-Red). Setelah santri tersebut sampai di depan dalem Kiai Hasan Saifouridzall ternyata beliau memang sudah menanti si santri tersebut seraya dawuh “ada salam ya dari Ra Muhammad Tanjung yang manis (K.H. Moh.Hasyim Zaini), sehat beliau?” “Iya kiai” jawab santri tersebut. Melihat kejadian ini si santri menjadi heran, “Kok beliau berdua seperti sudah janjian ya? Padahal waktu itu masih belum ada HP (handphone).”
Setelah beberapa waktu, si santri tersebut sowan lagi ke kediaman K.H. Hasyim Zaini, ternyata sebelum si santri tersebut pulang, K.H. Hasyim Zaini meminta untuk menyampaikan salam takdzimnya lagi. Setelah santri tersebut di depan dalem K.H. Hasan Saifouridzall ternyata beliau sudah menantinya lagi, “ada salam ya dari ra Muhammad Tanjung yang manis, sehat beliau?” Iya Kiai, jawab si santri tersebut. Santri tadi semakin terheran heran lagi, ini sudah yang kedua kalinya beliau begini. Si santri semakin yakin bahwa beliau berdua bukan orang sembarangan. Pasti punya kedudukan mulia disisi Allah.
Kejadian ini berulang hingga 12 kali. Anehnya, ketika yang ke 12 kalinya ini, K.H. Hasan Saifouridzall tidak berada di depan dalem, ternyata beliau berada di dalemnya, jadi untuk menyampaikan salam dari Kiai Hasyim si santri harus menunggu lama baru Kiai Hasan Saifouridzall keluar menemui, “oh ada salam ya, sehat Kiai hasyim?” Tanya beliau dengan ekspresi yang berbeda dari sebelum sebelumnya. “Iya Kiai ” jawab santri tersebut.
Si santri masih saja heran dengan sikap beda Kiai Hasan Saifouridzall, ternyata tak lama setelah itu, K.H. Hasyim Zaini wafat meninggal dunia. Mungkin ini kata si santri penyebab K.H. Hasan Saifouridzall berbeda dari yang sebelum sebelumnya.
Waktu K.H. Moh. Hasyim Zaini wafat, K.H. Hasan Saifouridzall menangis dan merasa sangat kehilangan. K.H. Hasan Saifouridzall memanggil K.H. Hasyim Zaini dengan sebutan si manis karena akhlaq beliau begitu luar biasa kepada apapun dan siapapun.
Subhanallah, begitulah kerinduan dua orang saudara di jalan Allah (Ikhwan Fillah). Semoga Allah mengampuni dosa dosanya, dan diberi maqom yang tinggi di sisiNya.
*Santri tersebut adalah Ust. Bashori Afnani, Tarokan Lor, Banyuanyar.
Sumber : Akun Facebook ; Matan Universitas Nurul Jadid
Unggah Ulang : Mohammad Hendra