GENGGONG – Setelah mengikuti UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), sejumlah 96 santri kelas XII SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BBPT Genggong masih memiliki tugas. Yakni mengikuti kegiatan KTT (Khidmad Tarbiyah Ta’limiyah). Di kegiatan ini, mereka mengabdikan diri kepada masyarakat.
Pada Sabtu (14/04/2018) sekitar pukul 07.00, mereka tersebut diberangkatkan ke 10 pondok pesantren (ponpes) yang tersebar di Kabupaten Lumajang. Yakni Ponpes Al-Khioriyah di Tekung, Ponpes Subulus Salam di Tegalsono, Ponpes Darul Muhlisin di Bayeman, Ponpes Nurul Hasan di Duren, dan Ponpes Baitur Rahmah di Salak.
Selanjutnya Ponpes Barokatul Hasan di Tekung, Ponpes Raudhatur Rohmaniyah di Citarum, Ponpes Hidayatul Hasan di Blukon, Ponpes Raudlatil Hasaniyah di Ranuyoso, dan Ponpes Bustanul Ulum di Krian.
Mereka menjalankan tugas belajar mengajar dan membantu membina santri di ponpes terkait selama 10 hari. Baik di lembaga pendidikan formal, madrasah diniyah, maupun kegiatan pesantren.
Wakil Kepala Kurikulum Bagian Kepesantrenan Ustadz Musleh Adnan mengungkapkan, KTT pada tahun ini mengambil tema “Pendampingan Sukses UNBK SMP-MTs”. “Terhitung sejak 14-23 April, para santri ini difokuskan untuk membina santri di 10 pesantren itu dan juga membantu pelaksanaan kegiatan di pondok,” terangnya.
Inun Milaniyah, salah satu peserta KTT mengaku senang bisa mengikuti tugas akhir tersebut. Di KTT, ia bisa mengaplikasikan ilmu yang didapatkannya selama belajar di SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BBPT Genggong. Baginya, KTT bukan sekadar pengalaman biasa. Tapi pengalaman penting bagi masa depannya, serta momen berharga baginya untuk menunjukkan almamater sekolahnya di mata masyarakat luar.
“Bahagia campur cemas karena ini pengalaman pertama. Kami enjoy ikut KTT. Yang terpenting, kami bisa mengharumkan nama baik sekolah kami,” ungkapnya.
Kepala SMA Unggulan Haf-Sa Zainul Hasan BBPT Genggong Ustadz M. Inzah, M.Pd.I berharap kegiatan ini dapat berjalan maksimal sesuai harapan sekolah dan pesantren. Tak lupa, Ia mewanti-wanti santri agar mengharumkan nama baik lembaga dengan menunjukkan performa terbaik dan berperilaku baik sebagai seorang santri.
“Santri harus jadi ‘brosus berjalan’ untuk sekolah dan pesantren dengan memberikan pelayanan yang terbaik di pesantren yang sekarang mereka tempati,” kata Ustadz Inzah. (mfd)