Prof. Akhmad Muzakki: Metode Sorogan Pesantren Tidaklah Kuno!

Tidak ada komentar Share:
Genggong Nusantara | Prof. Akhmad Muzakki memberikan sambutan dalam acara Halaqoh Pendidikan Tenaga Kependidikan, Guru, Dosen PZH Genggong, Senin (30/01/2023)

GENGGONG – Budaya yang tidak bisa lepas dari pondok pesantren salah satunya adalah sistem pembelajaran yang menggunakan metode sorogan. Metode ini masih lestari hingga sekarang bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari pesantren itu sendiri terutama pesantren salaf. Namun, metode ini acap kali dianggap kuno dan tidak rensponsif oleh beberapa oknum yang tidak mengenal pesantren secara menyeluruh. Opini negatif tersebut yang kemudian dibantah oleh Prof. Akhmad Muzakki, M.Ag., Grad.Dip. SEA., M.Phil., Ph.D. saat memberikan sambutan dalam acara Halaqoh Pendidikan Tenaga Kependidikan, Guru, Dosen PZH Genggong pada Senin (30/01/2023) di GOR Damanhuri Romli.

Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu menganggap masyarakat yang beropini tersebut kurang jauh dalam menempuh pendidikan.

“Sekolah e kurang adoh,” kata Sekretaris PWNU Jawa Timur tersebut disambut tepuk tangan meriah oleh para hadirin.

Genggong Nusantara | KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah memberikan cinderamata kepada Prof. Akhmad Muzakki (30/01/2023)

Ia kemudian menceritakan sistem sorogan yang digunakan oleh salah satu kampus di Australia, The University Of Queensland. Dalam seminggu, lanjutnya, kampus ini masuk dua kali dengan menggunakan sistem yang berbeda-beda. Pertama, lecture method yakni metode dimana dosen menjelaskan segala pengetahuan kepada mahasiswa .

“Jadi, mau pintar mau tidak (pintar) tidak akan ketahuan,(karena) bareng,” jelasnya.

Kedua, tutorial class yakni bimbingan pembelajaran yang bersifat akademik oleh tutor atau dosen kepada mahasiswa untuk membantu kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.

“Jadi, kelihatan bila ada yang tidak bersungguh-sungguh pada kelas sebelumnya karena dari 100 dikelompokkan menjadi 10 kelompok,” ungkap peraih gelar Ph.D di The University Of Queensland itu. Nah, dari situ, katanya, konsep sistem pembelajaran Universitas luar negeri ternama meniru dan mengembangkan sistem sorogan yang menjadi budaya pesantren salaf.

Acara yang mengusung “Tema Membangun Budaya Mutu Pendidikan” ini dihadiri Ketua Yayasan Pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S.H., M.M., Kepala Biro Kepesantrenan Gus dr. Moh, Haris, M.Kes., Kepala Biro KOMINFO Nun Ahsan Maliki, S.Sy., M.Pd., Kepala Biro Pendidikan sekaligus Ketua DPP Tanaszaha Genggong Dr. Abd Aziz, M.Ag. dan seluruh tenaga pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Pesantren Zainul Hasan Genggong. (kak)

5/5 - (1 vote)
Previous Article

DPC Tanaszaha Kraksaan Masa Khidmat 2023-2028 Dilantik

Next Article

Edukasi Santri XII SLTA, Tanaszaha Se-Nusantara Gelar Expo Kampus Nasional 2023

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan