Ribuan Santri Genggong Tahlili BJ. Habibie

Tidak ada komentar Share:
DOA BERSAMA: Ribuan santri putra Pesantren Zainul Hasan Genggong tahlilan atas meninggalnya Presiden RI ke-3 BJ. Habibie. Tahlil dipimpin KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah.

GENGGONG- Meninggalnya Presiden RI ke-3, BJ. Habibie membuat sejumlah pihak belasungkawa. Termasuk kalangan pesantren. Kamis (12/9), ribuan santri Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, menggelar tahlilan bersama.

Pembacaan tahlil digelar di Masjid Jamik Al Barokah, Pesantren Zainul Hasan Genggong, sekitar pukul 18.15 atau usai salat Magrib. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Pengasuh Pesantren, KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah.

Sejumlah awak media terlihat hadir dalam kegiatan ini. Baik media cetak, media online, maupun televisi. Bahkan, mereka menunggu sejak sebelum salat Magrib berjamaah dilaksanakan. Mereka tak mau ketinggalan untuk turut memberitakannya.

Usai mengelar tahlil, Kiai Mutawakkil mengaku memiliki banyak kenangan bersama almarhum Bj. Habibie. Salah satunya saat berkunjung ke pesantren setempat dalam acara berskala nasional, beberapa tahun lalu. Saat itu almarhum masih menjabat sebagai wakil presiden.

“Beliau hadir ke sini dan bersilaturahmi. Beliau mengatakan kepada saya, bahwa kekayaan yang dimiliki Indonesia ini bukan hanya keluasan wilayah, jumlah penduduk, dan sumber daya alamnya. Namun, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang memiliki integritas dan kecerdasan dengan didasari kekayaan spiritualitas. Dan, itu ada di pondok pesantren,” ujarnya.

Menurutnya, Habibie juga mengatakan, sangat bersyukur di Indonesia ada pesantren. Sebab, pesantren bukan hanya syiar dan mercusuar agama, termasuk lembaga pendidikan. Tapi, merupakan situs sejarah yang tidak terlepas dari masa perjuangan kemerdekaan.

“Menurut beliau, tidak ada lembaga pendidikan semacam pesantren di negara-negara lain,” ujar Wakil Rais Syuriah PW NU Jawa Timur tersebut.

Kiai Mutawakkil mengatakan, ada sebuah pernyataan Habibie yang membuatnya terkesima. Habibie mengatakan, setelah ia mempelajari disiplin ilmu, termasuk sains dan teknologi, tidak ada ilmu yang melebihi ilmu agama. “Semua ilmu itu sumbernya dari agama, begitu kata beliau,” ujarnya.

Kiai Mutawakkil juga mengaku, banyak membaca sejarah Habibie. Terutama cerita Habibie dengan istrinya, juga keharmonisan dan kesetiaan mereka yang dibawa sampai mati.

“Tidak semua laki-laki seperti beliau. Figur Pak Habibie ini panutan untuk pemimpin kelompok manusia, Negara, maupun pemimpin rumah tangga. Mudahan-mudahan beliau husnul khotimah,” harap Kiai Mutawakkil.

Ungkapan duka juga dilakukan dengan memasang bendera setengah tiang di halaman pesantren. Hal ini, biasa dilakukan Pesantren Zainul Hasan bila ada pejabat tinggi negara yang meninggal dunia. Termasuk ketika meninggalnya Presiden ke-4 RI, K.H. Abdurrahman Wahid, beberapa tahun silam. (tim)

5/5 - (1 vote)
Previous Article

Darah Guru Genggong untuk Bangsa

Next Article

Mempertegas Eksistensi Organisasi, PKPT IPNU-IPPNU INZAH Gelar RAK dan Konferkom V

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan