Permasalahan yang sering dikeluhkan oleh sebagian orang tua di zaman sekarang ini adalah susahnya menyuruh anak mengerjakan shalat. Berulangkali orang tua mengingatkan anaknya agar mengerjakan shalat, tapi peringatan itu terkadang tak diindahkan oleh sang anak. Lantas, ketika anak tidak mau mengerjakan shalat, siapakah yang berdosa?
Tidak Menanggung Dosa Orang Lain
Allah SWT memang Maha Adil, Dia tidak membebankan dosa seseorang pada orang lain. Seseorang hanya akan menanggung dosanya sendiri. Hal tersebut sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-An’am ayat 164:
وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”. (QS.al-An’am: 164)
Begitu pula seorang ayah atau ibu tidak akan menanggung dosa anaknya. Sebaliknya, anak juga tidak akan menanggung dosa kedua orang tuanya. Hal tersebut sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
أَلَا لَا يَجْنِي جَانٍ إِلَّا عَلَى نَفْسِهِ لَا يَجْنِي وَالِدٌ عَلَى وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ عَلَى وَالِدِهِ
“Ketahuilah, tidaklah seseorang berbuat dosa kecuali menjadi tanggung jawab dirinya sendiri, tidaklah orang tua berbuat dosa menjadi tanggung jawab anaknya, dan tidak pula anak berbuat dosa menjadi tanggung jawab orang tuanya”. (HR.at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al-Albani)
Apakah Anak Yang Tidak Shalat Berdosa?
Seorang anak yang belum memasuki usia baligh, dia tidak dianggap berdosa ketika meninggalkan perintah ibadah, termasuk didalamnya adalah perintah sholat. Jadi, anak kecil yang tidak shalat dia tidak berdosa. Nabi Muhammad SAW bersabda:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ
“Pena catatan amal diangkat dari tiga orang: orang yang tidur sampai dia bangun, anak kecil sampai dia baligh, orang yang gila sampai dia sadar”. (HR.Ahmad dan yang lainnya)
Apakah Orang Tua anak kecil yang tidak sholat Yang Berdosa?
Sebagaimana sudah disinggung di atas bahwa seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Begitu pula orang tua tidak akan menanggung dosa anaknya selama mereka menjalankan kewajiban mereka terhadap anak-anak mereka serta memenuhi semua hak-hak anak-anak mereka.
Kalau seorang anak yeng tidak shalat tidak menenggung dosa. Begitu juga orang tuanya tidak menanggung dosanya. Lantas siapakah yang menanggung dosa atas perbuatan itu?
Mari kita simak dan cermati sabda Rasulullah SAW yang berkaitan dengan masalah ini. Dengan mencermati hadits ini, insyaAllah jawaban dari pertanyaan kita di atas akan terjawab. Rasulullah SAW bersabda:
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika mereka tidak mau) shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur diantara mereka”. (HR. Abu Dawud)
Dari hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa orang tua diperintahkan untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalat ketika anaknya sudah berusia tujuh tahun. Jika sang anak di usia sepuluh tahun masih tidak mau mengerjakan shalat, maka orang tua boleh memukulnya. Namun harus diingat bahwa memukul anak dalam hal ini adalah memukul sebagai sarana untuk mendidik mereka, bukan memukul untuk menyakiti mereka. Oleh karena itu Islam membuat panduan dan aturan ketika orang tua memang harus memukul anaknya.
Di usia ini pula orang tua sudah harus memisahkan tempat tidur mereka, laki-laki dengan laki-laki sedangkan perempuan dengan perempuan. Maka pada usia inilah anak-anak sudah harus mengetahui statusnya. Sudah harus mulai dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Sebuah Kaidah Penting
Dalam kitab Raudhah an-Nazhir Wa Junnah al-Munazhir Ibnu Qudamah al-Maqdisi menjelaskan sebuah kaidah yang sangat penting. Beliau mengatakan:
اَلْأَمْرُ بِالْأَمْرِ بِالشَّيْءِ لَيْسَ أَمْرًا بِهِ مَا لَمْ يَدُلَّ عَلَيْهِ دَلِيْلٌ
“Perintah untuk memerintahkan sesuatu bukanlah perintah terhadap sesuatu tersebut selama tidak ada dalil (lain) yang menunjukkan hal tersebut”.
Dalam hadits di atas Rasulullah SAW memerintahkan orang tua agar menyuruh anaknya untuk mengerjakan shalat. Rasulullah SAW tidak memerintahkan anak yang belum baligh untuk mengerjakan shalat. Jadi tugas orang tua hanya menyuruh dan mengajarkan anaknya yang sudah berusia tujuh tahun untuk mengerjakan shalat. Jika orang tua sudah melaksanakan perintah itu, maka kewajiban itu sudah hilang darinya, baik sang anak mengerjakan shalat maupun tidak. Namun jika orang tua tidak menjalankan perintah itu, maka orang tuanya lah yang berdosa.
Menyiapkan Generasi Hebat Butuh Proses panjang
Ada rahasia menarik dibalik perintah agar anak yang sudah mencapai usia tujuh tahun harus diperintahkan sholat. Anak baru menanggung beban taklif ibadah ketika dia sudah baligh. Namun perintah untuk mengerjakan shalat sudah dimulai ketika dia baru berusia tujuh tahun. Usia baligh setiap anak memang tidak sama. Akan tetapi para ulama membuat rata-rata usia baligh pada anak-anak ketika usia mereka sudah mencapai lima belas tahun.
Antara tujuh tahun dengan lima belas tahun ada rentang waktu delapan tahun. Maka di rentang waktu itulah masa penyiapan anak-anak sehingga ketika mereka sudah mencapai usia baligh mereka sudah siap untuk menanggung beban taklif, terlebih taklif untuk mengerjakan sholat.
Beginilah proses panjang penyiapan generasi hebat. Generasi yang hatinya sudah disiapkan untuk tunduk dan patuh mengerjakan perintah Allah SWT. Bukan generasi mobil mogok yang harus didorong dulu untuk berjalan.
Keutamaan Shalat
Ya, shalat adalah tiang agama. Shalat pula amalan pertama yang dihisab pada hari kiamat kelak. Bahkan generasi yang melalaikan shalat adalah generasi yang rentan untuk menurutkan hawa nafsunya. Allah SWT berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (QS.Maryam: 59)
Begitu pentingnya shalat dalam proses penyiapan generasi hebat, maka tidaklah mengherankan jika Abul Anbiya’ Nabi Ibrahim Alaihis Salam rela meninggalkan Palestina untuk menempatkan anak keturunannya di lembah tak berpenghuni yang akhirnya dikenal dengan Makkah hanya agar dekat dengan Baitullah Masjidil Haram. Hal tersebut Allah SWT abadikan dalam surah Ibrahim dimana Nabi Ibrahim Alaihis Salam menyebut dua kali kata shalat dalam do’anya.
Memang generasi Islam yang berkualitas harus menjaga shalatnya, karena jika sudah meninggalkan shalat maka tidak ada bedanya generasi ini dengan generasi orang-orang kafir. Jika keadaannya demikian maka sangat mustahil Islam akan menjadi pemimpin peradaban dunia. Oleh karena itulah Rasulullah SAW bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
“Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. (HR.Ahmad, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
“Tonggak pemisah antara kita (orang-orang islam) dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat, siapa yang meninggalkan shalat maka dia telah kufur”. (HR.Ahmad dan Ashabus Sunan)
Sungguh begitu besar tanggung jawab orang tua untuk mempersiapkan generasi Islam yang hebat, hingga Rasulullah SAW memerintahkan mereka untuk menyuruh dan mengajari anak-anak mereka mengerjakan shalat ketika sudah berusia tujuh tahun.
Wallahu A’lam Bish Showab
Oleh: Ali Shodiqin, Lc – Rumah Fiqih Indonesia rumahfiqih.com
- Tags: Fiqih Keluarga, Fiqih Kontemporer, syariah
1 Komentar
Mau tanya kalo seorang ayah menyuruh anak nya sholat trus ga mau.. Dan ayah nya memukul.. Lalu anak nya mati apa hukum nya