MASALEMBU – Non Hassan Ahsan Malik, salah satu pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Zainul Hasan Genggong pada Juli lalu berkesempatan berkunjung ke pulau Masalembu. Masalembu adalah salah satu pulau berstatus kecamatan yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sumenep, Madura.
Waktu tempuh yang diperlukan untuk menuju pulau tersebut adalah sekitar 13 jam dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Di pulau tersebut terdapat cukup banyak warga setempat yang merupakan alumni Genggong.
Non Hassan Ahsan Malik ke Masalembu untuk menghadiri haul KH Mohammad Hasan, KH Hasan Saifouridzall, dan Nyai Hj Himami Hafshawaty. Haul tersebut digelar Pengurus Ikatan Alumni dan Santri Pesantren Zainul Hasan (Tanaszaha) Genggong Cabang Masalembu.
Acara berlangsung di halaman Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Kecamatan Masalalembu. Sekitar 1.500 alumni, simpatisan, dan warga pulau Masalembu hadir memadati lokasi tersebut. Non Hassan Ahsan Malik memberikan ceramah agama pada haul tersebut.
Salah satu yang dikemukakan Non Alex, sapaan karib Non Hassan Ahsan Malik adalah kisah tentang Kiai Kholil Bangkalan dan seorang santrinya yang tak lain adalah KH Mohammad Hasan. “Suatu ketika, Kiai Hasan dipanggil oleh Sang Guru,” terang Non Alex.
Kiai Hasan memenuhi panggilan tersebut dan menghadap Kiai Kholil. Kala itu, Kiai Kholil memberi perintah kepada Kiai Hasan untuk berdoa. Kiai Hasan diperintahkan untuk memohon kepada Allah SWT agar mengalirkan rezeki berupa bahan makanan pokok agar dikirim ke kediaman dan pesantren yang diasuh Kiai Kholil.
Bahan makanan pokok itu dibutuhkan karena akan ada banyak tamu yang bersilaturahim ke kediaman Kiai Kholil. “Kiai Hasan kemudian berdoa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh karena diperintah oleh Sang Guru,” terang Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Ponpes Genggong ini.
Atas izin Allah, keesokan harinya satu per satu orang berdatangan mengantar bahan makanan pokok tersebut ke kediaman Kiai Kholil. Bahkan beras yang dikirim melampaui kebutuhan dapur kediaman dan pesantren. Kiai Kholil yang mengetahui hal itu kembali memanggil Kiai Hasan.
“Kiai Hasan diminta untuk berhenti berdoa. Karena bahan makanan yang dikirim sudah melebihi batas,” terang putra dari KH Mohammad Hasan Saiful Islam ini.
Non Alex mengajak hadirin untuk mengikuti ajaran dan akhlak Kiai Hasan. “Kiai Hasan memiliki rasa kasih sayang yang luar biasa. Tak hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepada makhluk hidup yang lain. Bahkan beliau juga sangat menyayangi hewan. Maka dari itu, marilah kita tiru hal yang demikian,” terang ulama muda ini.
Salah satu anggota rombongan Non Alex menuju Masalembu adalah Ustadz Syamsul Bahri. Alumni Genggong asli Masalembu yang kini tinggal di Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo ini mengungkapkan kegembiraannya bisa datang ke Masalembu, tanah kelahirannya. Apalagi kedatangannya kali ini bersama Non Alex selaku salah satu pengasuh Ponpes Genggong.
Ustadz Syamsul mengungkapkan, haul Kiai Hasan Sepuh selalu digelar tiap tahun di Masalembu. Menurutnya, haul digelar sebagai upaya menjalin robhithah syuyukhiyah, ukhuwah ma’hadiyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathoniyah.
“Niatan kami menggelar haul adalah untuk tabarruk kepada muassis Pesantren Zainul Hasan Genggong. Alhamdulillah haultahun ini bisa dihadiri oleh pengasuh pesantren. Ini sekaligus menjawab kerinduan alumni Genggong yang tinggal di Masalembu,” terangnya.
Ustadz Syamsul mengungkapkan, masyarakat Masalembu selalu antusias mengikuti kegiatan haul. Pelaksanaan haul tahun ini sungguh di luar bayangannya. Kehadiran Non Alex sangat dinanti-nanti oleh warga setempat. Tak heran jika kehadiran dan keberadaan Non Alex di Masalembu, maupun keberangkatan Non Alex kembali ke tanah Jawa selalu diiringi warga setempat.
“Saat beliau (Non Alex) kembali ke Jawa, warga mengantar sampai dermaga Masalembu. Bahkan tak sedikit yang terharu dan menangis. Maklum, Non Alex di pulau Masalembu selama 10 hari. Sungguh berat bagi mereka harus berpisah dengan Non Alex,” ungkap Ustadz Syamsul. (dra/eem)