GENGGONG – Animo masyarakat begitu besar menyambut Haflatul Imtihan Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo. Acara tahunan ini selalu dihadiri ribuan jamaah dari berbagai daerah.
Seperti dalam Haflatul Imtihan ke 85, Kamis (11/5/2017) lalu. Sejak sore masyarakat berdatangan ke pesantren asuhan K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah ini, hingga membuat jalan depan pesantren macet. Tak hanya jamaah yang niat mengaji, ratusan pedagang kaki lima juga berdatangan.
Sekitar pukul 20.00 WIB, acara diawali dengan pentas seni islami santri sebagai pembuka. Dilanjutkan pemberian hadiah pada para santri berprestasi. Selain keluarga besar Pesantren Zainul Hasan, sejumlah habaib, pejabat pemerintah terlihat hadir dalam acara ini.
Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang Ustadz Yusuf Mansur datang sebagai tamu khusus. Beliau diundang langsung oleh Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan bersama DR. Izzat Saleh Jaelani, KH. S.Pd, MA, dari Jakarta Selatan.
Dalam ceramahnya, Ustadz Yusuf Mansur banyak memberikan motivasi pada jamaah agar tidak mudah pesimis. Menurutnya, doa merupakan kunci dalam membangun sebuah usaha. Ustadz Yusuf Mansur menggambarkan, bagaimana Nabi Sulaiman AS saat kerajaannya runtuh. Menurutnya, Raja Sulaiman tidak meminta kerajaannya kembali. Namun, memohon pada Allah SWT lebih dari kerajaannya yang semula.
Motivasi ini merupakan bentuk keprihatinan Ustadz Yusuf Mansur pada masyarakat. Sebab, ketika mereka mengalami kegagalan, mayoritas frustrasi dan pesimis untuk bangkit. “Harus optimis dan berdoa yang besar di hadapan Allah yang maha besar,” ujarnya.
Ustadz Yusuf Mansur tidak hanya memotivasi dalam mencari rezeki. Tapi, juga memberikan tips kelancaran rezeki dengan cara istiqamah membaca surat Al-Hadid dan bersedekah serta berdoa pada Allah SWT. Katanya, ceramahnya ini untuk membangkitkan hasrat optimis masyarakat dalam berusaha dan berdoa. “Saya judulin ceramah saya ini kiai. ‘Spirit King Sulaiman’,” ujarnya.
Sedangkan, DR. Izzat Jaelani menegaskan, apa yang disampaikan Ustadz Yusuf Mansur. Menurutnya, jamaah khususnya seorang santri harus punya cita-cita setinggi langit. Namun, kakinya harus tetap berpijak di bumi. “Seorang santri saat sukses tidak boleh melupakan asal saat belajar kesuksesan. Seorang santri harus tawaddu’ dan berakhlakul karimah,” ujarnya.
DR. Izzat bercerita tentang kerendahan hati Imam Syafi’i saat ditinggalkan salah seorang muridnya waktu jam pelajaran, karena ada selisih paham dengannya. Namun, Imam Syafi’i tidak terpengaruh dengan tindakan muridnya itu. Saat tengah malam tiba, Imam Syafi’i datang ke rumah muridnya untuk meredam perbedaan paham itu.
Kemudian, Imam Syafi’i mengatakan pada muridnya, ‘jangan jadikan selisih paham yang satu ini menjadi perbedaan karena masih banyak kesepahaman yang telah kita lewati.’ “Semoga tawaddu’ dan akhlak menjadi benteng para santri,” ujar DR. Izzat. (mfd)