Gus Dokter Haris : Doa KH. Moh. Hasan itu dikabulkan oleh Allah - Pesantren Zainul Hasan
Kategori
Berita Terbaru

Gus Dokter Haris : Doa KH. Moh. Hasan itu dikabulkan oleh Allah

Genggong: Almarhum Al-Arif Billah KH. Moh. Hasan bin Syamsuddin bin Qoiduddin atau yang dikenal dengan Kiai Hasan Sepuh Genggong adalah pribadi sederhana dan penuh dengan karomah. Tanda-tanda kebesarannya sudah diketahui sejak anak-anak.

Hal tersebut diungkapkan oleh Gus dr. Moh.Haris, M.Kes dalam peringatan haul Akbar ke-69 Almarhum Al-Arif Billah KH Moh. Hasan bin Syamsuddin bin Qoiduddin, Kamis (12/5/2022) pagi.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tanggal 11 Syawal tahun hijriyah Keluarga Besar Pesantren Zainul Hasan Genggong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo istiqomah melaksanakan peringatan haul Akbar khalifah kedua Pesantren Zainul Hasan Genggong melanjutkan KH Zainal Abidin yang tak lain adalah pendiri pertama pesantren ini.

Gus Haris menuturkan, Kiai sepuh lahir dengan nama kecil Moh. Hasan yang biasa dipanggil Ahsan bin Syamsuddin, lahir di desa sentong pada 27 Rajab tahun 1259 H atau 23 Agustus 1840 M. 1 tahun setelah berdirinya resmi Pesantren Genggong.

“Kiai Hasan kecil atau Ahsan putra dari Kiai Syamsuddin dengan Nyai Khadijah yang biasa disebut Kiai Miri dan Nyai Miri wafat pada 11 Syawal 1374 H / 1 Juni 1955 M”

Gus dokter Haris banyak menceritakan karomah almarhum Kiai Hasan sepuh Genggong agar semua yang hadir bisa ikut mentauladani salah satu waliyullah ini. ” Kiai sepuh pada saat setahun sebelum wafat, beliau pernah dawuh kepada santri untuk untuk kembali ke pesantren pada tanggal 11 syawal, karena tanggal 11 syawal itu akan ada acara besar menurut Kiai Hasan. Ternyata pesan tersebut mengisyaratkan bahwa pada menjelang tengah malam KH. Moh. Hasan wafat,.” Tuturnya.

Lebih lanjut putra Nyai Hj. Diana Susilowati (Ning Sus) ini menuturkan Cerita yang didapatkan dari almarhum KH.Moh. Hasan Saiful Islam, ketika itu beliau (kiai Saiful Islam) bertemu dengan Bek Arjo tetangga rumah yang sudah amat sepuh hampir berumur 100 tahun. beliau bertanya kepada bek arjo :”bek, sampean kok sangat sepuh? sampai kalau jalan membungkuk.” Ia pun menjawab : “ini karna barokah doanya Kiai Hasan Sepuh nun”. Lalu kiai kembali bertanya : “kok bisa? bagaimana ceritanya bek?”  Bek arjo pun bercerita, saat ia masih kecil sering ikut ibunya yang sering membantu di ndalem. karena saat itu bek arjo masih kecil, iapun bermain dan bertemu KH. Moh. Hasan, lalu Kiai memanggil dia dan memangkunya. Tatkala Kiai Hasan Sepuh melihat wajah bek arjo, tiba-tiba Kiai dawuh :”duh nak, mak pandek omor dhikah nak, niser rah, dhinah bik eson e so’onah dek ka Allah makle lanjheng omor” ( duh nak, kok pendek umur sampean nak, kasihan, biar nanti saya doakan kepada Allah supaya panjang umur ).

Keesokan harinya, ketika Bek Arjo kecil ikut Ibunya yang sedang bantu-bantu di ndalem, bek arjo bertemu lagi dengan Kiai Hasan Sepuh lalu Kiai memangkunya kembali. ketika Beliau melihat wajahnya, seraya dawuh lagi “mak ghik pandek omor dhikah nak? dhinah bik eson e penta aghi pole ka gusti Allah makle lanjheng omor” ( kok masih pendek umur sampean nak ? Nanti dengan saya akan memohon lagi kepada Allah supaya Panjang Umur ).

Selang beberapa hari kemudian, Bek Arjo kembali bertemu Kiai Hasan Sepuh. Kiai memangkunya kembali. setelah kelihat wajahnya Kiai dawuh : “enten lah nak,tak pendek omor lah nak.lanjheng…lanjheng sarah.”  ( tidak sudah nak, tidak pendek umur, tapi panjang umur, panjang sekali ). Setelah Bek Arjo bercerita, Bek Arjo berkata kepada Kiai Hasan Saiful Islam ” Karna Doa Barokah Kyai Hasan Sepuh saya Panjang umur, hingga bungkuk jalannya. Jelasnya Gus Haris menceritakan ulang kepada jama’ah.

Haul yang digelar di Pesantren Zainul Hasan Genggong, tepatnya di Masjid Jami’ Al-Barokah itu dihadiri ribuan jamaah dari berbagai penjuru nusantara yang terdiri dari alumni santri dan para simpatisan. Bahkan sejak malam sebelumnya Masjid Jami’ Al-Barokah memang sudah dipenuhi peziarah yang menyibukkan diri dengan mengaji Al-Qur’an dan berdzikir di sekitar maqbarah (astah) Kiai Hasan Sepuh Genggong.

Sepanjang halaman pesantren dipenuhi lautan manusia namun tetap nampak tenang dan tertib. Jamaah muslimin menempati masjid dan halaman pesantren, sedangkan jamaah muslimat menempati halaman pesantren sisi selatan sampai ke halaman Gedung Kantor Majelis Taklim Al Ahadi. Jamaah pun meluber sampai ke gerbang utama pesantren dan tidak sedikit yang harus berdiri berjam-jam karena tidak kebagian tempat duduk.

Permandangan seperti ini memang selalu terjadi disetiap peringatan haul Kiai Hasan Sepuh Genggong. Hal tersebut dipercaya sebagai salah satu kekaromahan dari seorang ulama kharismatik yang dipercayai sebagai salah satu Waliyullah ini.

Di tengah-tengah lautan manusia itu hadir pula KH. Moh.Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Habib Muhammad (Habib Alex) keluarga Pondok Pesantren Habib Muhammad Shodiq Ahlusunnah Waljamah Brani Kulon Maron, para habaib, ulama dan berserta keluarga besar Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Mulai pukul 08.00 pagi, haul diawali dengan pembacaan shalawat yang dipimpin oleh KH. Moh. Hasan Naufal dan Nun Hassan Ahsan Malik dilanjutkan pembacaan surah yasin yang dipimpin oleh Habib Hadi bin ja’far bin Abu Bakar bin Salim, dan Gus dr. Moh. Haris, M.Kes membacakan manaqib/biografi mendiang Kiai Hasan Sepuh Genggong, dilanjutkan dengan sambutan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah mewakili Keluarga besar Pesantren Zainul Hasan Genggong, sedangkan yang memimpin baca tahlil oleh KH. Zuhri Zaini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton kemudian doa oleh KH. Munir Kholili dan Habib Hadi bin ja’far bin Abu Bakar bin Salim. (dra)

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Exit mobile version