GENGGONG– Beragam persiapan dilakukan ratusan santri SMA Unggulan dan MA Model Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo untuk menghadapi ujian nasional. Mulai dari khotmil quran, istighotsah, hingga ziarah ke makam para waliyullah.
Rabu-Kamis (4-5/4/2018), ratusan santri di bawah naungan Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong, itu berziarah ke makam para waliyullah di Jawa Timur. Dari Pesantren Zainul Hasan Genggong, mereka mengendarai empat bus pariwisata.
Sesuai instruksi Kepala Pondok Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Ning Hj. Hasanatud Daraini, dalam setiap bus berisi santri dan guru dari SMA Unggulan dan MA Model. Sebelum berangkat ke makan para wali di luar Genggong, rombongan menggelar istighotsah di makbaroh Almarhum K.H. Moh. Hasan Genggong.
Usai dari makbaroh Kiai Hasan Sepuh, rombongan berangkat menuju lima makam waliyullah sesuai yang telah dijadwalkan panitia. Meliputi, makam Sunan Bungkul dan Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel, Surabaya; makam Sunan Giri dan makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, Gresik. Dilanjutkan ke makam Raden Qosim atau Sunan Drajat, Lamongan dan makam Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang di Tuban.
Kegiatan ini juga diikuti keluarga Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong K.H. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah. Kiai Mutawakkil berangkat menggunakan mobil pribadi bersama Nyai Hj. Muhibbatul Lubabah, Ning Hj. Hasanatud Daraini, Neng Gevi, Gus Hikamur Rozi, Neng Neli, dan Neng Nirma.
Sesampai di makam Sunan Bungkul Surabaya, Kiai Mutawakkil sempat menceritakan sejarah singkat Sunan Bungkul. Menurutnya, Sunan Bungkul atau yang memiliki nama asli Ki Ageng Supo atau Mpu Supo merupakan seorang bangsawan dari zaman Kerajaan Majapahit.
Setelah memeluk Islam, Sunan Bungkul menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin. Ki Ageng Mahmuddin merupakan salah satu penyebar agama Islam di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Ia merupakan mertua Sunan Ampel Surabaya. Namun, ada versi lain yang mengatakan beliau mertua Raden Paku atau Sunan Giri.
“Beliau diperkirakan hidup di masa Sunan Ampel pada 1400/1481 M. Ki Ageng Supa mempunyai putri bernama Dewi Wardah. Makam beliau berada tepat di belakang Taman Bungkul, Surabaya,” ujar Kiai Mutawakkil.
Panitia Rombongan Ziarah Ahmad Taufiq mengatakan, kegiatan ini sangat penting bagi santri. Terutama, bagi santri yang akan menghadapi ujian nasional bisa mengambil berkah dan berdoa serta bisa memetik banyak pelajaran dari kisah-kisah perjuangan para wali yang diziarahi. “Penting di pahami oleh santri agar nilai sejarah dan silsilahnya menjadi motivasi tersendiri,” ujarnya.
Taufiq mengatakan, ziarah ini merupakan wisata religi yang akan selalu dikenang para santri saat sudah keluar dari pesantren. “Hal seperti ini yang akan mereka selalu ingat. Sehingga, mereka ingat identitas dirinya sebagai santri,” ujarnya di sela-sela ngopi di sebuah warung di Tuban. (*)
Penulis : Ainur Rofiq Sofa
Editor : Badru Tamam