Genggong- Pesantren Zainul Hasan Genggong gelar haflatul imtihan yang ke 83, Selasa (01/05). di halaman pesantren setempat. Hajatan akbar tahunan ini dimeriahkan pentas seni islami santri dari berbagai lembaga pendidikan dibawah naungan pesantren Genggong.
Di lanjut Pemberian pengahargaan pada santri berprestasi, penghafal nadzom dan lain-lain. “Yang jelas malam ini adalah malam sykuran anak-anak santri, setelah setahun lamanya fokus menimba ilmu,” jelas Alfin Fikri S.Pd.I, ketua panitia haflatul imtihan.
Biro pendidikan pesantren dalam sambutannya menjelaskan, bahwa pendidikan pesantren ini telah memuaskan semua elemen utamanya wali santri, yang anak-anaknya telah banyak menyumbangkan berbagai prestasi baik tingkat naional atau internasional. “Inilah janji sekolah atau madrasah (prestasi, red) pada wali santri” jelas Drs. Abdul Aziz Wahab
Lanjut bapak Aziz, Pesantren Zainul Hasan terpilih sebagai salah satu pelaksana pendidikan diniyah formal dari 18 pesantren se Indonesia. “Pesantren kita dipilih oleh mentri pendidikan dan kebudayaan, ini adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi kita,” tuturnya.
Dr.H. Soekarwo, gubernur provinsi Jawa Timur yang diwakili oleh H. Jonatan Judianto dalam sambutannya mengatakan, dalam momentum yang tepat untuk melakukan evaluasi diri terhadap apa yang telah dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan utamanya peran serta pondok pesantren membina kehidupan beragama bagi masyarakat.
Peringatan haflatul imtihan ini memiliki nilai-nilai spiritual serta moral keagamaan yang mendalam bagi para santri dan para jamaah, di samping sebagai wahana yang tepat kuatkan silaturrohmi, sehingga dapat memperkokoh sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Lanjut Jonatan, Juga dapat menyatukan tekad untuk mengembangkan, merealisasikan visi-misi pondok pesantren, sekaligus menggugah para santri untuk lebih mandiri sebagai penerus pejuang agama, bangsa dan negara di masa mendatang. “Para santri perlu menyadari bahwa pendidikan di pesantren merupakan proses edit vilue pada proses kemandirian dalam menuntut ilmu di tingkat yang lebih tinggi,” jelasnya.
Berbeda dengan Jonatan, Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, M.Ec. bercerita tentang dirinya sebagai muallaf yang sempat dikucilkan dan diusir keluarganya. Terlahir dari keluarga pemeluk agama Konghucu dengan nama asli Nio Cwan Chung, ia memeluk agama islam diusia 17 tahun. Dalam masa pengusirannya, beliau nyantri selama tiga tahun di Pesantren An-Nidzom, Sukabumi, jawa Barat.
Syafii memilih belajar ke luar negeri, ia belajar di Yordania untuk studi Islam bidang syariah. Di saat yang sama ia juga mengambil kuliah ekonomi. Lalu ia melanjutkan ke Al-Azhar untuk memperdalam studi Islam. Lalu ia kuliah di International Islamic University Malaysia, ia mengambil studi Banking and Finance dan selesai pada 1992.
Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Empat tahun membesarkan Bank Muamalat. “Saya mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah,” paparnya.
Dewan penyantun pesantren Zainul Hasan, bpk. H. M. Tachril Syafi’ie menuturkan, bahwa pesantren ini memiliki idealisme yang kuat untuk menjaga dan mengembangkan pesantren yang adaftif dan transfornasional, akan tetapi istiqomah dengan nilai-nilai keislaman dan kepesantrenanan. “Kyai Mutawakkil telah banyak melahirkan kader-kader beriman, berakhlakul karimah, professional dan mandiri dalam menghadapi tantngan zaman yang kompleks ini,” pungkasnya. [] Mfd/Hsn