KH. ZAINAL ABIDIN

BIOGRAFI

 – NAMAKH. ZAINAL ABIDIN
 – TEMPAT ASALGENGGONG PROBOLINGGO
 – PENDIDIKANPESANTREN DARASEMO SURABAYA
 – AMALIYAH SEHARI-HARIPENYEBAR AGAMA ISLAM
  1. Menjalin hubungan dengan masuarakat terus diintensip dalam rangka pembinaan masyarakat terhadap kesadaran beragama, melalui kunjungan silaturrahmi, gotong royong dalam masalah sosial dan lain-lain.
  2. Melaksanakan Pendidikan informal dengan modus da’wah keagamaan dari rumah kerumah terhadap tetangga sekitarnya yang dimulai dari dasar-dasar keimanan dan keislaman.
  3. Mengadakan pengajian kelompok dalam lingkungan masyarakat sekitarnya dan sejak itulah Almarhum KH. Zainul Abidin dinilai oleh masyarakat, bahwa beliau adalah seorang yang amaliyahnya sesuai dengan ilmu yang dimiliki maka beliau mendapat predikat Kiai di dalam masyarakat.

Merintis Berdirinya Pondok Pesantren

  1. Merintis Berdirinya Pondok Pesantren Mulai merintis pendidikan non formal untuk beberapa santri kalong dengan mengumandangkan bacaan Alqur’an di rumah kediaman beliau setiap ba’da maghrib sampai isya’.
  2. Meningkatkan pendidikan non formal dengan menampung beberapa orang santri kalong yang mulai menetap dan pendidikannya dilaksanakan pengajian kitab-kitab klasik Agama Islam.
  1. Setelah santri-santri kalong bertambah banyak dan berdatangan dari penjuru desa dan sekitarnya maka mulailah santri-santri menetap dalam asrama yang bangunannya sederhana yang akhirnya berdirilah pondok pesntren dengan nama “Pondok Genggong” di desa Karangbong, Pajarakan, Probolinggo pada tahun 1839 Mildiyah.

 

KEADAAN PESANTREN
1)    Keadaan santri yang menetap sekitar 50 sampai 100 orang yang datang dari penjuru desa dan luar desa, yang ingin menimba ilmu dari Beliau.

2)    Sistem pendidikannya menggunakan 2 sistem :

•    Sistem serogan dilaksanakan bagi santri yang menetap dan pelaksanaannya setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

•    Sistem weton dilaksanakn untuk para santri yang tidak menetap yang berasal dari penjuru desa, yang dilaksanakan setiap minggu sekali.

3)    Asrama santri masih bersifat sederhana, dimana setiap kotakan ditempati oleh 3 atau 4 orang santri, sedang asrama dikenal dengan sebutan Kotakan yang terbuat dari bambu/kayu yang beratapkan daun tebu/genting. Pembuatan asrama tersebut dilaksanakan oleh santri bersama dengan para wali santri.

4)    Jadwal waktu mengajar setiap hari :
a.    Ba’dal Shubuh sampai jam 07.30
b.    Ba’dal Ashar sampai menjelang Maghrib
c.    Ba’dal Isya’ sampai larut malam

5)    Perkembangan Pondok Genggong makin lama makin berkembang dibawah asuhan KH. Zainul Abidin lebih-lebih setelah mengambil mantu KH. Moh. Hasan pada tahun 1865 jumlah santri makin banyak berdatangan dari luar daerah, hal ini disebabkan oleh sikap keramahtamahan terhadap tamu-tamu. Sikap keramahtamahan KH. Moh. Hasan juga menjadi buah tutur masyarakat dan sifat ini ditunjukkan oleh KH. Moh. Hasan melalui kehidupan sehari-hari. Para tamu yang datang bersilaturrahmi diterima dengan wajah yang berseri-seri, penuh khidmat dan kemesraan. Sejak tahun 1865 itulah pondok Genggong bertambah maju masyarakat dibawah asuhan KH. Zainul Abidin sampai sekarang, maka sebelum kewafatan KH. Zainul Abidin pada tahun 1890 Pondok Genggong diamanatkan untuk dilanjutkan pengembangan dan kelangsungan hidupnya kepada KH. Muhammad Hasan.