GENGGONG- Keluarga besar Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, berduka. Rabu (30/10) malam, Nyai Maisyaroh, istri almarhum K.H. Ahmad Taufiq Hidayatullah meninggal dunia.
Perempuan yang menikah pada 1975 dengan Kiai Ahmad ini meninggal dalam usia 67 tahun. Kamis (31/10), sekitar pukul 08.00 WIB, jenazahnya dikebumikan di pemakaman kompleks Pesantren Genggong. Jaraknya, sekitar lima meter dari makam mendiang suaminya, almarhum Kiai Ahmad.
Selain ribuan santri dan alumni, sejumlah pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, terlihat hadir dalam pemakaman. Di antaranya, ada K.H. Moh. Hasan Abdil Bar, K.H. Moh. Hasan Saiful Islam, K.H. Moh. Zidni Ilma, dan K.H. Moh. Hasan Naufal. Serta, Nun dr. Moh. Haris, Nun Hassan Ahsan Malik, K.H. Moh. Hasan Maulana, K.H. Ahsan Qomaruzzaman, dan K.H. Ahsan Habibifillah.
Sebelum jenazah almarhumah disalatkan, K.H. Moh. Hasan Saiful Islam sempat mengungkapkan kesaksiannya tentang almarhumah. Menurutnya, almarhumah termasuk perempuan muthiah. Almarhumah tidak pernah menonjolkan diri sebagai istri dari kiai besar.
Kiai Saiful Islam mengatakan, almarhum Kiai Ahmad merupakan kiai besar. Beliau termasuk salah satu guru dari almarhum K.H. Hasan Saifourridzal. “Nyai Maisyaroh tidak menonjolkan diri sebagai istri Kiai Ahmad, bahkan keluarga Genggong ada yang tidak tahu kalau beliau istri Kiai Ahmad,” ujarnya.
Ciri-ciri wanita shalehah juga terlihat pada diri Nyai Maisyaroh. Almarhumah juga termasuk perempuan yang mutawadliah. Menurut Kiai Saiful Islam, Nyai Maisyaroh merupakan istri kedua Kiai Ahmad setelah bercerai dengan istri pertama, Nyai Maimunah. Ketika menikah dengan Nyai Maisyaroh, Kiai Ahmad tidak memiliki banyak harta dan sering sakit.
“Nyai Maisyaroh dinikahi Kiai Ahmad, ketika Kiai Ahmad sudah sakit. Kalau hanya mendampingi masih mending, untuk merawat ini yang agak repot. Namun, Nyai Maisyaroh tetap setia tidak mengeluh. Kiai Ahmad waktu meninggal sudah tidak punya apa-apa. Mobil dan perabot rumah tangga sudah tidak ada. Karena, pada akhir hayatnya Kiai Ahmad sudah tidak mau harta,” ujar Kiai Saiful Islam.
Sepeninggal Kiai Ahmad, Nyai Maisyaroh memilih tetap tinggal di Genggong. Hanya sekitar 4 tahun Nyai Maisyaroh hidup bersama Kiai Ahmad. Perempuan asal Desa Tenggir, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo, ini ditinggalkan Kiai Ahmad untuk selama-selama pada 16 Mei 1979.
Ketika Kiai Ahmad meninggal, usia Nyai Maisyaroh baru 27 tahun. Meski masih muda, Nyai Maisyaroh memilih tetap setia. Almarhumah memilih bertahan di Genggong sampai ajal menjemputnya pada usia 67 tahun. Artinya, 40 tahun Nyai Maisyaroh tanpa Kiai Ahmad dan tinggal bersama anak angkatnya.
“Saking setianya, dia tidak mau menikah lagi dan selalu diam di Genggong. Dia taat kepada suaminya, ketika masih ada atau tidak. Selama menikah dengan Kiai Ahmad, Nyai Maisyaroh tidak menuntut apa-apa. Selalu mendampingi dan merawat suaminya ketika sakit. Perempuan seperti ini di zaman sekarang sudah langka. Beliau sudah lebih melihat akhiratnya, dibanding dunianya. Beliau meninggal dunia dalam keadaan mukminah,” ujar Kiai Saiful Islam. (*)