GENGGONG- Penjaringan calon Duta Kominfo Biro Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, terus dilakukan. Jumat (6/10/2017), Biro Kominfo kembali menggelar pendidikan dan pelatihan (diklat) jurnalistik khusus mahasiswa dari perguruan tinggi di lingkungan Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Namun, dalam kegiatan itu ada perwakilan dari SMK Zainul Hasan Genggong. Sebab, mereka berhalangan mengikuti diklat sebelumnya yang dijadwalkan untuk lembaga pendidikan menengah. Diklat yang dimulai pukul 08.00 WIB, itu diikuti oleh masing-masing 10 orang perwakilan dari Sekolah Tinggi Ilmu HuKum (STIH) Zainul Hasan Genggong, Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan (Inzah) Genggong, dan perwakilan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Zainul Hasan Genggong. Serta, 5 siswi perwakilan SMK Zainul Hasan.
Dalam kegiatan yang digelar di ruang kelas X MIPA 1 SMA Unggulan Haf-sa BPPT Genggong, sebagian besar peserta diajak me-review kembali dasar-dasar jurnalistik. Sebab, sebagian besar merupakan mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Pers Mahasiswa di masing-masing kampusnya. Meski hanya me-review, banyak pengalaman menarik yang disajikan oleh dua narasumber dari Biro Kominfo, Abdillah Luthfi dan Rudianto.
Mereka berbagi ilmu tentang dasar-dasar jurnalistik, mulai dari pengertian berita, bentuk berita, nilai-nilai berita, sampai menulis lead dan judul yang baik. Tak lupa, mereka juga meminta peserta mempraktikkan membuat berita. Hasilnya cukup menarik, banyak tulisan peserta yang layak mendapat jempol. “Ini tulisannya sudah bagus, runtut dan jelas,” ujar Abdillah Luthfi mengomentari salah satu tulisan karya siswi SMK.
Dalam kesempatan ini, Kepala Biro Kominfo Pesantren Zainul Hasan Genggong Nun Hassan Ahsan Malik juga sempat memberikan pejelasan tentang Biro Kominfo. Tak lupa, kiai muda yang akrab dipanggil Nun Alex ini juga mengajak para santri untuk melek teknologi informasi (IT).
Menurutnya, santri juga harus mengikuti zaman. Apalagi, dengan makin berkembangnya IT dengan makin bermunculannya media-media sosial yang bisa dimanfaatkan dengan baik. “Sekarang banyak media-media sosial tinggal bagaimana kita menyalurkan bakat menulis yang kita miliki,” ujarnya.
Nun Alex mengatakan, bila orang-orang terdahulu bisa menulis dan hanya disimpan tanpa terpublikasi, itu maklum. Sebab, mungkin mereka masih kesulitan mempublikasikannya karena keterbatasan media. “Sekarang banyak sekali. Sekarang kita bisa mempublikasikan di mana saja, ada facebook, ada telegram, dan lain sebagainya. Tapi, tolong publikasikan yang baik-baik saja,” ujarnya.
Dengan menulis, menurut Nun Alex, sedikit banyak kita akan berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Katanya, bila tulisan yang dibuat dan dipublikasikan hendak banyak dibaca orang, maka menulislah dengan disertai riyadah. “Seperti Imam Ghazali, Imam Syafii, kenapa kitab-kitabnya tetap kita baca sampai saat ini, karena menulisnya juga pakai riyadah. Imam Bukhari, sebelum menulis beliau shalat dua rakaat dulu. Itu untuk menulis satu 1 hadis. Kalau menulis 5.000 hadis, berarti berapa rakaat. Kita, mau nulis kadang gak pakai baju dan sambil rokoaan. Kadang tidak suci dari hadas,” ujarnya.
Melalui diklat ini, Nun Alex mengatakan, Biro Kominfo Pesantren Zainul Hasan, berusaha memberikan ilmu bermanfaat bagi masyarakat. Serta, mensyiarkan agama yang diajarkan dalam dunia pesantren melalui berbagai media. “Nanti yang akan menulis, para Duta Kominfo ini. Makanya, kami mencari yang mau belajar untuk dibina. Pandai menulis, tapi tidak mau repot. Mau, tapi tidak pandai menulis kami bina,” ujarnya. (*)