Nun Kalim Minta Bupati Pikul Pisang

Tidak ada komentar Share:
KHIDMAT: Para jamaah tampak khusuk mendengarkan manaqib Almarhum K.H. Sholeh Nahrawi, yang disampaikan oleh K.H. Moh Hasan Saiful Islam.

GENGGONG– Haul Almarhum Al Arif Billah K.H. Sholeh Nahrawi, Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Senin (25/9/2017), benar-benar menyedot perhatian umat Islam. Ribuan jamaah hadir memenuhi majelis haul di Pondok Baitus Sholihin, Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Ribuan jamaah itu terlihat begitu antusias memenuhi tempat yang disiapkan panitia di halaman pondok asuhan K.H. Moh. Hasan Ainul Yaqin itu. Meski hanya duduk lesehan di atas alas seadanya di bawah terop yang juga belum mampu menahan panasnya matahari, jamaah tetap terlihat khidmat mengikuti setiap rangkaian acara.

Dari saking banyaknya jamaah, banyak jamaah yang rela tak kebagian tempat di bawah tenda. Padahal, hamparan karpet di bawah tenda yang disiapkan panitia mencapai sekitar 3 hektare. Mereka banyak yang mencari tempat alternatif, mulai dari menempati teras gedung madrasah mencari tempat teduh di tengah rimbunnya pohon sengon. Maklum, halaman Pondok Baitus Sholihin, cukup luas. Sehingga, sebagian lahannya dilengkapi dengan kebun sengon.

Sekitar pukul 09.00 WIB, rangkaian acara haul dimulai dengan pembacaan ayat suci Alquran yang dilanjutkan dengan pembacaan shalawat nabi. Seperti biasa, Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong K.H. Moh. Hasan Saiful Islam didaulat untuk membacakan manaqib K.H. Sholeh Nahrawi.

PENUH: Ribuan jamaah tampak memenuhi majelis haul seluas 3 hektare yang disediakan panitia.

Dalam kesempatan itu, Kiai Saiful Islam mengungkapkan, banyak ulama dan habaib yang menyaksikan dan menyatakan kewalian K.H. Sholeh Nahrawi atau Nun Kalim. Di antaranya, Habib Abdullah bin Abdul Qodir, Malang; Habib Abdul Qodir, Jember; Habib Jakfar, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, bahkan Sayyid Muhammad.

Nun Kalim merupakan anak kelima K.H. Ahmad Nahrawi dan merupakan cucu dari K.H. Moh. Hasan. Nun Kalim mengaji atau belajar ilmu agama pada Kiai Moh. Hasan dan Nabi Musa as. “Termasuk, nama K.H. Sholeh Nahrawi ini pemberian dari Nabi Musa,” ujar Kiai Saiful Islam.

Semasa hidupnya, menurut Kiai Saiful Islam, Nun Kalim sering berperilaku “nyeleneh.” Bahkan, kadang sering bertindak “seenaknya.” “Pernah, Kiai Hasan Saifouridzall bercerita kepada Kiai Mahrus Ali Lirboyo. Kiai Hasan Saifouridzall bilang, kalau keponakannya (Nun Kalim) orangnya agak majdub, kalau sudah kadung maunya, tidak peduli siapa orangnya, harus dituruti,” ujarnya.

Pernah suatu ketika, saat itu Nun Kalim baru datang dari menjalankan ibadah haji. Kebetulan, Kiai Hasan Saifouridzall kedatangan tamu salah seorang bupati di Jawa Timur. Karena Nun Kalim sudah mau datang, Kiai Hasan Saifouridzall mengajak bupati itu menyambut Nun Kalim di depan Pesantren Zainul Hasan Genggong.

Tak lama kemudian, Nun Kalim datang dan langsung menyalami Kiai Hasan Saifouridzall dan bupati tersebut. Namun, saat itu juga Nun Kalim meminta khadamnya mengambil setandan pisang. Setelah diberi, ternyata Nun Kalim meminta sang bupati untuk memikul setandan pisang itu sampai ke dalam pesantren. Jaraknya, sekitar 1 kilometer dari tempat Nun Kalim disambut.

Anehnya, menurut Kiai Saiful Islam, bupati itu tidak menolak. Bahkan, menuruti apa yang diperintahkan Nun Kalim. “Padahal, pada waktu itu orde baru. Bupati begitu dihormati. Jangankan bupati, camat saat itu sangat dihormati. Bahkan, bisa berfoto dengan camat sudah luar biasa. Tapi, entah kenapa bupati itu nurut sama Nun Kalim,” ujarnya.

Kiai Saiful Islam juga mengaku, tidak tahu isyarat apa yang terjadi antara Nun Kalim dengan sang bupati. Menurutnya, bisa saja sang bupati habis bertengkar dengan penjual pisang. “Tapi, yang tahu langsung ada isyarat apa, ya bupatinya tadi,” ujarnya disambut senyum jamaah. (*)

5/5 - (3 votes)
Previous Article

Nun Boy: Bersholawat, Jangan Sekadar Membaca

Next Article

Hadiah untuk Nun Kalim Lebih Banyak

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan