Pernyataan Ketua NU Jatim Soal Istighotsah Kubro

Tidak ada komentar Share:

SURABAYA – Istighotsah Kubro dalam rangka Harlah ke-94 NU alhamdulillah, sukses tergelar pagi ini (9/4). Istighotsah Kubro yang mengambil Tema “Mengetuk Pintu Langit, Menggapai Nurullah’ ini digelar secara mandiri oleh PWNU Jawa Timur, dihadiri hampir sejuta warga NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo.

Tujuan NU Beristighotsah

Istighotsah Kubro ini digelar setidaknya memiliki beberapa maksud dan niatan luhur. Pertama, PWNU Jawa Timur ingin mengajak seluruh komponen bangsa khususnya warga NU untuk kembali menyerahkan semua permasalahan dan problematika yang terjadi hari ini kepada Allah SWT, setelah kita cukup berikhtiar selama ini dengan jihad, ijtihad dan mujahadah kita masing2. Kita berpasrah diri kepada Allah, memohon kepada-Nya agar seluruh masalah keagamaan dan kebangsaan yang terjadi, mendapatkan jalan keluar terbaik, dan kita dihindarkan dari segala musibah bahkan adzab, selagi kita mau meminta ampun, beristighfar dan memohon. Innallaha la yu’adzdzibahum, wa anta fihim. Innallaha la yu’adzdzibahum, wahum yastaghfirun.

Yang kedua, istighotsah ini dimaksudkan Lil Ishlah, untuk mengkreasi sebuah perdamaian sesama muslimin, sesama ummat beragama, sesama bangsa bahkan sesama ummat manusia di dunia. Sebagaimana mandat para masyayikh kita, baik dalam pertemuan para kyai NU Jawa Timur di Lirboyo pada Pebruari lalu atau Musyawarah Ulama Khos yang digelar Mustasyar PBNU di Pesantren Sarang bulan lalu, yang memberikan perintah dan taushiyah penting kepada bangsa ini, khusisnya kita warga dan pengurus NU melalui Risalah Sarang, yang intinya: perlu ada kesucian hati untuk menyikapi perbedaan yang ada dengan berdasarkan keluhuran ilmu dan uswah, teladan para salafunas shalihin. Istighotsah ini bermaksud suci, memulai ishlah tersebut dg kembali merenungi apa tujuan utama kita hidup di dunia, apa maksud dari diturunkan syariat Islam kepada Rasulullah dan apa tujuan bersama para founding fathers memperjuangkan dan mendirikan bangsa kita tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Yang ketiga, istighotsah ini untuk menandai jelang 1 Abad Nahdlatul Ulama, yang di tahun ini sudah berusia 94 tahun pd 16 Rajab 1438 Hijriyah. Tentu NU kian strategis dan tak ringan tugasnya, baik sebagai jam’iyyaj diniyyah, yang harus memastikan tetap berlakunya nilai2 universal Syariat Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, di rumah bersama rakyat Indonesia, bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ataupun NU sebagai jam’iyyah Intima’iyyah, yang harus memastikan warganya tetap dalam kemaslahatan tetap terjamin hak-hak dasarnya, terjamin kesejahteraan dan berdaya di era globalisasi yanh sangat kompetitif ini. NU punya tugas berat di usianya yang ke-94, karena itu kita beristighotsah agar kita semua bisa melanjutkan cita2 luhur para masyayikh dan auliya’ pendiri NU seperti yang kita ketahui bersama.

Selebihnya Istighotsah ini adalah berburu cahaya Allah, Nurullah, berupa hikamh dan ilmu yang hanya akan bisa kita raih bila diri kita terus berusaha dekat dan mendekat kepada Allah, Taqarruban ilallah, menjalankan apa yang seharusnya, dan menjauhi seluruh kemaksiatan apapun bentuknya. Karena sesungguhnya Cahaya Allah hanya akan diberikan kepada mereka yanh meninggalkan maksiat.

Kenapa Istighotsah?

Istighotsah adalah Doa, dan doa adalah inti ibadah (ad-du’au mukhkhul ibadah). Dengan Doa kita hadapi semua masalah, bahkan ancaman dan musuh terberatpun, karena Doa adalah senjata canggih bagi kita kaum beriman (Ad-du’ shioahul mukmin). Doa kita pasti diterima oleh Allah, karrna itu Jaminan dari-Nya. Ud’uni Astajib lakum. Berdoalah, niscaya akan Aku Kabulkan, kata Allah. Allah telah bertitah dan Menjamin. Maka mari kita berdoa, bersama memanjatkan doa secara berjama’ah akan semakin dekat dengan Kekuasaan Allah. Yadullah Ma’al jama’ah, Kekuasaan Allah bersama jama’ah. Mari kita buka pintu hati, kita sambungkan sinyal kita pada provider pintu langit, memohon apapun hajat kita, niscaya Para Malaikat Penjaga Layanan Frekuensi akan mengatur traffic doa jutaan jamaah di stadion ini kepada Dzat Yang Maha Mengistajabahi Doa. Marilah kita Berdoa, untuk diri kita, untuk keluarga kita, untuk agama kita, untuk bangsa kita dan untuk ketenteraman di muka bumi ini.

Kenapa di Sidoarjo?

Istighotsah Kubro digelar di Sidoarjo, kota satelit Surabaya yang tak lain adalah kota dilahirkannya NU pada 94 tahun lalu versi hijriyah. Sidoarjo memiliki makna penting bagi Nahdlatul Ulama. Di Sidoarjo tempat Hadratus Syekh Hasyim Asy’ary menuntut ilmu, tepatnya di Pesantren Siwalan Panji dan beberapa pesantren lain. Di Sidoarjolah tempat strategis dimana Mbah Wahab Chasbullah mendirikan Markas Oelama Djawa Timoer sebagai markas pasukan elit yang terdiri dari para ulama, disebut dengan Pasukan Sabilillah yang memegang peranan penting dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya saat Pertempuran Semesta 10 November 1945 yang digerakkan melalui spirit heroik Resolusi Jihad oleh Hadratus Syekh Hasyim Asy’ary. Dengan demikian, saya berharap ditempatkannya Istighotsah di Sidoarjo, semoga bisa mewarisi semangat, kepeloporan, kepedulian, keberanian dan kepahlawanan para Ulama Laskah Sabilillah dan Hizbullah, yang bersatu atas nama agama membela bangsa, siap mati melawan siapapun yang akan menjajah dan menginjak-injak harga diri kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. (sumber: www.pwnujatim.or.id)

5/5 - (1 vote)
Previous Article

In Memoriam KH Aziz Masyhuri, Selamat Jalan Kiai Ensiklopedis

Next Article

Syair Baru Al-Hasanain di Istighotsah Kubro

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan