22 Raja dan Sultan Berkunjung ke Ponpes Genggong

Tidak ada komentar Share:
KH. Hasan Saiful Islam bersama raja dan sultan
KH. Hasan Saiful Islam bersama raja dan sultan

GENGGONG – Keluarga besar Pondok Pesantren (Ponpes) Zainul Hasan Genggong kedatangan rombongan tamu istimewa. Sebanyak 23 raja  dan sultan dari seluruh penjuru nusantara melakukan kunjungan pertamanya ke Ponpes Genggong, Sabtu malam, 29 Robiul Awal 1437 hijriah lalu. Bertepatan dengan 9 Januari 2016 masehi.

Ribuan santri memadati jalan raya menuju ponpes dan halaman demi menyambut kehadiran rombongan. Rombongan raja dan sultan ini tiba sekitar pukul 20.20 di aula pesantren. Lantunan Sholawat Badar berkumandang ketika rombongan hadir. Para tamu terhormat ini disambut pengasuh Ponpes Genggong KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, KH Moh Hasan Saiful Islam, Nyai Hj Diana Susilowaty, serta Ashabul Bait lainnya.

Ning Sus memberika cidera mata kepada seorang ratu
Ning Sus memberika cidera mata kepada seorang ratu

Para raja dan sultan ini tergabung dalam AKKI (Asosiasi Kerajaan dan Keraton se-Indonesia). Para tamu  terhormat ini juga hadir atas nama MAPAN (Majelis Pemangku Adat Nusantara), serta Bangsawan Muda Indonesia. Tujuan mereka hadir ke Ponpes Genggong tak lain adalah untuk bersilaturrahim dengan dunia pesantren dan para ulama se-Tapal Kuda.

Mendapat penyambutan dari ribuan santriwan dan santriwati, para raja dan sultan mengaku tersanjung. Beberapa di antara mereka mengaku baru pertama kali datang ke sebuah pesantren. Namun tidak melihat penyambutan yang lebih luar biasa daripada penyambutan yang mereka terima di Ponpes Genggong.

Untuk menyambut para raja dan sultan ini, Ponpes Genggong menggelar acara resmi dikemas dengan musyawarah yang dimulai pada pukul 21.00. Acara diawali dengan sambutan pengasuh Ponpes Genggong KH Moh Hasan Saiful Islam yang memperkenalkan Ponpes Genggong dan sejarah panjang ponpes ini.

“Raja raja, sultan-sultan, dan para ulama yang ada di Indonesia pada saat ini, Insya Allah sebagai besar adalah keturunan dari wali songo yang menyebarkan ajaran agama Islam di Indonesia,” ungkap KH Moh Hasan Saiful Islam setelah menyebutkan secara detail silsilah keluarga Ponpes Genggong dan silsilah keluarga dari sejumlah ulama terkemuka lainnya.

Selanjutnya, ada ceramah pengantar (keynote speech) yang disampaikan Sri Paduka H Huzrin Hood dari Kesultanan Bintan Darul Masyhur. Yang Mulia Huzrin Hood menyampaikan makalah berjudul Peran Penting Ulama dan Raja Sultan dalam merekatkan Dayabudi Kebangsaan Indonesia dalam Memperjuangkan Marwah Peradaban Nusantara.

Dalam makalah tersebut, Huzrin Hood menyoroti praktik perdagangan dan riba di Indonesia yang dalam pandangannya, bertentangan dengan kerangka muamalat. “Tugas pertama kita adalah merevitalisasi syariat Islam,” terang Huzrin Hood.

KH. Hasan Saiful Islam bersama seorang raja nusantara
KH. Hasan Saiful Islam bersama salah seorang raja nusantara

Huzrin Hood di sela-sela paparannya juga menunjukkan uang dirham dalam wujud koin yang telah diterbitkan oleh Kesultanan Bintan untuk digunakan kalangan masyarakat setempat. Uang dirham tersebut diterbitkan dalam rangka mengubah pola penerapan riba di Indonesia. Huzrin Hood lantas menyerahkan sejumlah keping uang dirham tersebut kepada pengasuh Ponpes Genggong KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah sebagai kenang-kenangan.

Selanjutnya, acara dipandu Ketua AKKI Yang Mulia Lulu Parma. Menurutnya, berkumpulnya para raja dan sultan ini baru kali ini terjadi setelah berpuluh-puluh tahun sebelumnya. “Bertemunya pada raja dan sultan, serta para ulama di Ponpes Genggong ini kami harapkan menjadi solusi atas permasalahan yang ada di Indonesia. Sebab para raja dan ulama adalah tempat di mana semua pertanyaan dan kegelisahan berpulang,” kata Lulu Parma.

Lulu Parma lantas mempersilahkan beberapa raja dan sultan secara bergantian untuk menyampaikan pandangan-pandangan mengenai permasalahan yang terjadi di Indonesia. Para ulama se-Tapal Kuda dan para santri menyimak setiap paparan dari raja dan sultan tersebut.

Di akhir pertemuan malam itu, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah memberikan sambutannya. Menurut KH Mutawakkil, kehadiran para raja dan sultan ini menjadi sejarah bagi Ponpes Genggong. Kehadiran para raja dan sultan disebut tepat momentumnya sangat tepat.

“Pada tahun 2016 ada MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Setelah ini akan datang APEC (Asia Pacific Economy Conference). Tantangan yang akan dihadapi bangsa ini tidak kecil. Akibat globalisasi, terjadi persaingan yang dahsyat di semua sektor lini kehidupan bermasyarakat. Pada persaingan itulah, apakah kita akan menjadi trendsetter atau follower, apakah Indonesia menjadi objek kemajuan bangsa lain, atau apakah kita akan menjadi pembeli produk bangsa lain,” terang KH Mutawakkil.

Bicara ideologi, KH Mutawakkil menyatakan Indonesia sudah menjadi kiblat dunia. Kiblat Islam dunia sudah bukan lagi negara-negara timur tengah. Bukan lagi negara-negara Arab. “Tetapi semua sudah melirik ke Indonesia,” ungkap Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur ini.

Terkait pertemuan para raja dan sultan, KH Mutawakkil menuturkan bahwa pertemuan ini bukan yang sesuatu yang baru. Sebab Wali Songo beberapa abad lalu telah memulai menjalin silaturrahim dengan kalangan raja dan sultan. “Wali Songo sangat dengan dekat para raja dan sultan di masa lampau, di samping dengan rakyat jelata,” ujar KH Mutawakkil.

KH Mutawakkil menyambut baik kehadiran para raja dan sultan di Ponpes Genggong. Beliau berharap kehadiran para raja dan sultan mempererat ikatan silaturrahim antar sesama. “Atas nama keluarga besar Pesantren Zainul Hasan Genggong, menyampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas atas kunjungan ini dengan kebaikan-kebaikan. Semoga membawa manfaat untuk masyarakat, bagi kita semua. Amin ya robbal Alamin,” harap KH Mutawakkil. (*Cont:AbdRohimMawardi)

4.1/5 - (15 votes)
Previous Article

Olimpiade XIII – SMA Unggulan Haf-sa Zainul Hasan untuk MTs/SMP

Next Article

Wajib Syukuri Lahirnya Hari Santri

Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan